photo wishlist_zps2544b6d7.png

Friday, March 16, 2012

Book Review: Maryam by Okky Madasari

 .
BOOK review
Started on: 13.March.2012
Finished on: 15.March.2012

Maryam by Okky Madasari

Judul Buku : Maryam
Penulis : Okky Madasari
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tebal : 275 Halaman
Tahun Terbit: 2012
Harga: Rp 66.300 (gramediashop.com)
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

"Maryam kini paham kenapa Bu Ahmad yang dulu sangat baik kepadanya kini dingin dan pura-pura tak kenal. Tapi kenapa? Kenapa semuanya bisa berubah seperti ini? Di mana tetangga-tetangga yang penuh keramahan, yang jauh dari segala kemarahan?"

Kisah tentang Maryam bermula saat ia kembali ke kampung halamannya setelah pernikahannya di Jakarta gagal dan berakhir dengan perceraian. Ia pulang kembali dengan penuh perasaan ragu; sedikit banyak karena ia malu dan takut bertatap muka dengan orangtuanya - yang sudah sejak lama memperingatkannya, dan yang mereka katakan ternyata terwujud menjadi sebuah kenyataan yang menyakitkan bagi Maryam. 5 tahun yang lalu, Maryam memutuskan untuk menikah dengan seorang lelaki bernama Alam. Hubungan mereka tidak disetujui oleh kedua orangtua Maryam karena perbedaan kepercayaan. Namun Maryam berkeras hati dan tetap menikah; membuat kedua orangtua Maryam terluka dan menganggap Maryam menghilang.

"Maryam punya dua pilihan: menjadikan Alam seorang Ahmadi atau meninggalkan Alam selamanya.... Maryam menolak keduanya. Ia memilih pergi. Masing-masing menyimpan amarah. Maryam menikah dengan Alam tanpa memberitahu orangtuanya lagi."

Keluarga Maryam sudah menjadi seorang Ahmadi sejak Kakek Maryam bertemu dengan seorang Dai; dan kepercayaan itu diteruskan hingga Maryam. Di kampung halamannya, ada beberapa yang memiliki kepercayaan yang sama seperti keluarga Maryam. Akan tetapi, tidak jarang Maryam mendengar cercaan orang yang mengatakan bahwa ia adalah orang sesat. Seiring berjalannya waktu dan penegasan dari orangtuanya, Maryam mulai terbiasa dengan kata 'sesat'.

 Ketika Maryam kembali menginjakkan kakinya di desa Gerupuk, kampung halamannya itu, ia disambut oleh kenyataan yang luar biasa kejam. Kenyataan bahwa keluarganya telah diusir dari rumah mereka, dipaksa pergi meninggalkan kampung halaman mereka. Semuanya oleh karena kepercayaan mereka, dan status mereka sebagai Ahmadiyah.

"Maryam kini tahu, apa yang telah dilakukannya, segala yang telah dialaminya, tak berarti apa-apa dibandingkan dengan segala hal yang telah dialami keluarganya. Pengusiran, penghinaan, pengucilan, segala macam penderitaan yang tak pernah Maryam bayangkan."

Maryam berkumpul kembali bersama keluarganya di desa Gegerung, tempat tinggal baru bagi orang-orang Ahmadi yang terusir. Keluarga Maryam telah membangun kembali kehidupan mereka yang sempat hancur berantakan, dan mereka telah mengikhlaskan semuanya. Kembalinya Maryam semakin menambah kegembiraan keluarga mereka. Apalagi ketika Maryam bersedia dijodohkan dengan seorang lelaki yang berasal dari keluarga orang Ahmadi.

Akan tetapi masihkah mereka bisa berbahagia ketika keluarga Maryam lagi-lagi harus diusir karena kepercayaan mereka sebagai orang Ahmadi? Mereka lagi-lagi harus kehilangan rumah tinggal dan tinggal di pengungsian. Terus-menerus diserang oleh orang-orang yang membenci kepercayaan mereka. Apakah yang akan dilakukan Maryam? Mempertahankan kepercayaannya atau menyerah.

"Benarkah sudah tidak ada lagi yang bisa kami harapkan di negeri ini? Kami hanya ingin pulang. Ke rumah kami sendiri. Rumah yang kami beli dengan uang kami sendiri.... Kami hanya ingin bisa pulang dan segera tinggal di rumah kami sendiri. Hidup aman. Tak ada lagi yang menyerang."

Buku ini adalah kisah tentang kepercayaan, dan perjuangan hidup orang-orang Ahmadi.
Baca kisah lengkapnya di Maryam.


Maryam adalah karya kedua Okky Madasari yang sudah aku baca setelah 86. Dalam karyanya yang kali ini, Okky Madasari membahas tentang Ahmadiyah - yang ditulis dan diceritakan dari sudut pandang orang-orang Ahmadi. Ketika membaca bagian awal buku ini, aku yang sama sekali tidak tahu apapun tentang Ahmadiyah menjadi sangat bingung dan tidak mengetahui arah cerita ini. Dari kisah ini, diceritakan bahwa keluarga Maryam sering melakukan pengajian seperti yang dilakukan oleh orang-orang beragama Islam. Akan tetapi, seiring berjalannya cerita, perlahan-lahan aku mulai menyadari bahwa Ahmadiyah adalah sebuah aliran agama Islam yang berbeda; karena kepercayaan ini dianggap sebagai sesuatu yang sesat oleh orang beragama Islam.

Sekilas tentang Ahmadiyah bagi yang juga belum pernah mendengar sebelumnya (info ini aku dapatkan berdasarkan pencarian lewat internet. Kalau ada yang salah mohon dimaafkan dan diralat) . Ahmadiyah adalah gerakan agama Islam yang dimulai oleh Ghulam Ahmad (disebutkan juga di dalam buku). Dan orang-orang Ahmadi ini mempunyai kepercayaan bahwa Ghulam Ahmad adalah Isa al Masih yang dijanjikan oleh Nabi Muhammad SAW. Kepercayaan ini kemudian menimbulkan banyak kontroversi dan dianggap sesat; dan telah ditetapkan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI): "Aliran Ahmadiyah, baik Qodiyani ataupun Lahore, sebagai keluar dari Islam, sesat dan menyesatkan". Bagi yang tertarik untuk baca lebih lanjut, silahkan baca lewat sumber :)

(sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Ahmadiyyah)

Kembali pada novel Maryam sendiri, aku sudah menyukai gaya penulisan Okky Madasari semenjak membaca 86. Aku sendiri bukan tipe orang yang begitu menyukai tema-tema sejenis ini, tetapi cara Okky Madasari menyampaikan ceritanya begitu mengalir dan membuatku tidak bisa berhenti membaca. Buku ini membuatku melihat kasus Ahmadiyah ini dari sisi yang berbeda; dari sisi orang-orang Ahmadi yang memegang teguh kepercayaan mereka. Sedangkan masyarakat lain malah dengan kejam mengusir dan menyerang mereka tanpa belas kasihan sedikitpun. Kisah ini membuatku belajar untuk tidak bertindak sembarangan tanpa memikirkan akibat dari tindakan tersebut.

Berhubung aku mendapatkan autographed-copy buku Maryam ini, ada pesan dari Okky Madasari yang sangat berkesan di halaman depan. Aku juga ingin membagikan pesan dari sang penulis kepada semua yang akan membaca buku ini:

"Selamat membaca dan turut menyuarakan yang tak bersuara." - Okky Madasari

by.stefaniesugia♥
.

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...