photo wishlist_zps2544b6d7.png

Monday, August 31, 2015

Book Review: Critical Eleven by Ika Natassa

.
BOOK review
Started on: 17.August.2015
Finished on: 19.August.2015

Judul Buku : Critical Eleven
Penulis : Ika Natassa
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tebal : 344 Halaman
Tahun Terbit: 2015
Harga: Rp 67,150 (http://www.pengenbuku.net/)

Rating: 5/5
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- 
"Mungkin begini sewajarnya nasib sebuah pernikahan yang dimulai dengan jatuh cinta dalam tujuh hari. Sewajar hujan membasahi tanah. Sewajar api yang berasa panas.
Dan mungkin, sewajar membenci seseorang yang dulu pernah jadi alasan kita percaya cinta."
Ale dan Anya bertemu pertama kali dalam penerbangan Jakarta-Sydney; dan dalam waktu tujuh jam keduanya terus duduk berdampingan dan menghabiskan waktu mengenal satu sama lain. Tidak butuh waktu lama bagi Ale untuk menyadari bahwa ia menginginkan Anya. Namun ia harus dihadapkan dengan kendala karena pekerjaannya sebagai seorang petroleum engineer di rig, yang mengharuskannya untuk menghabiskan sebagian besar waktunya di tempat pengeboran minyak lepas pantai. Sedangkan pekerjaan Anya sebagai seorang konsultan mengharuskan sering bepergian ke luar negeri untuk menemui klien. Terlepas dari jarak yang memisahkan mereka, Ale dan Anya berhasil menjalin hubungan selama satu tahun hingga akhirnya memutuskan untuk menikah. Akan tetapi pernikahan mereka yang telah berjalan beberapa tahun dengan penuh kebahagiaan harus dihadapkan pada sebuah ujian yang berat. Ujian yang kemudian membuat Ale dan Anya seolah menjadi orang asing di dalam rumah mereka sendiri.

"Kata orang, waktu akan menyembuhkan semua luka, namun duka tidak semudah itu bisa terobati oleh waktu. Dalam hal berurusan dengan duka, waktu justru sering menjadi penjahat kejam yang menyiksa tanpa ampun, ketika kita terus menemukan dan menyadari hal baru yang kita rindukan dari seseorang yang telah pergi itu, setiap hari, setiap jam, setiap menit. It never gets easier."
Tragedi yang menimpa keluarga mereka memberikan luka yang teramat dalam bagi Ale dan Anya. Tidak ada orang lain yang mengetahui keadaan pernikahan mereka selain diri mereka sendiri. Keduanya berusaha menutupi segalanya dengan berpura-pura seolah mereka memang masih bahagia. Setelah menjaga jarak begitu lama, Ale memutuskan untuk menggapai kembali istri yang amat ia cintai. Walaupun tidak mudah, Ale bertekad untuk melakukan apapun demi mendapatkan kembali senyum Anya yang dulu. Ale mengusahakan berbagai macam cara agar ia dapat kembali menjadi suami yang baik bagi Anya serta menebus kesalahan yang telah diperbuatnya di masa lalu.
"Yang aku lihat adalah potret tahun-tahun terbaik dalam pernikahan kami.
Dan beginilah rasanya masih sedalam-dalamnya mencintai laki-laki yang belum bisa aku percaya untuk tidak menyakiti aku lagi."
image source: here. edited by me.
Aku memutuskan untuk membeli buku ini karena hype-nya yang luar biasa bahkan sejak masa pre-order-nya. Kabarnya 1,111 buku berhasil terjual habis dalam 11 menit pada masa pre-order, dan Ika Natassa melelang tiga eksemplar buku Critical Eleven hingga mencapai jutaan rupiah. Dengan hype yang sedemikian luar biasa, aku berhasil dibuat penasaran—dan tentunya aku memiliki ekspektasi yang sangat tinggi terhadap buku ini. Untungnya, aku sama sekali tidak dikecewakan, karena meskipun ini adalah pertama kalinya aku membaca karya Ika Natassa, aku langsung jatuh cinta pada tulisannya. Ceritanya mengalir dengan baik dari awal hingga akhir, dan pada bagian awal aku berhasil dibuat penasaran tentang apa yang membuat hubungan antar kedua karakter utama yang awalnya sangat manis kemudian tiba-tiba menjadi hampa.

Buku ini ditulis dari dua sudut pandang karakter utamanya secara bergantian: Aldebaran Risjad (Ale) dan Tanya Laetitia Baskoro (Anya). Pergantian sudut pandang ini membawa pembaca menelusuri perasaan kedua karakter utamanya dan pergolakan batin mereka masing-masing. Critical Eleven mengangkat tema kehidupan pernikahan dan ceritanya terfokus pada bagaimana Ale dan Anya menghadapi konflik yang ada dalam hubungan mereka. Salah satu faktor yang paling aku sukai dari buku ini adalah chemistry yang dibangun secara alami oleh penulisnya. Seiring berjalannya cerita, Ale dan Anya akan mengenang momen-momen manis di masa lalu saat semuanya masih baik-baik saja. Dan potongan kenangan semacam itulah yang membuatku—sebagai pembaca—dapat merasakan seberapa besar cinta mereka untuk satu sama lain. Walaupun ada beberapa bagian dari alur ceritanya yang aku rasa kurang pas (no spoiler), harus kuakui buku ini berhasil membuatku tidak bisa berhenti membaca. Aku mendapati diriku terus berharap Ale dan Anya dapat menemukan solusi dari permasalahan yang ada di antara mereka; dan tentu saja mengharapkan ending yang bahagia. Untuk penyelesaian masalahnya sendiri sebenarnya cukup mudah ditebak. Meski demikian, rasa lega dan bahagia tetap muncul saat aku akhirnya menyelesaikan buku ini :))
"Kata orang, saat kita berbohong satu kali, sebenarnya kita berbohong dua kali. Bohong yang kita ceritakan ke orang, dan bohong yang kita ceritakan ke diri kita sendiri."  
Ika Natassa telah berhasil membuatku menyukai karakter Ale dan Anya dalam cerita ini. Keduanya masing-masing memiliki kelebihan serta kelemahan mereka masing-masing, dan hal itulah yang membuat semuanya terasa lebih real dan relatable. Aku sangat menyukai karakter Anya yang cool; dan terutama bagaimana ia tetap berkomitmen dalam hubungannya dengan Ale terlepas dari apa yang telah terjadi antara mereka. Sedangkan karakter Ale sepertinya merupakan tipe suami idaman yang perhatian, baik hati, bertanggung jawab, dan sangat sayang istri. Aku juga sangat suka Ale yang pantang menyerah meskipun sikap Anya berubah jadi dingin dan tidak acuh terhadap keberadaannya. Selain dua karakter utama ini, ada beberapa karakter pendukung yang juga cukup menarik seperti Harris Risjad—adik Ale, orangtua Ale, sahabat Anya, dan beberapa karakter lainnya. Setiap karakter pendukung juga memiliki kisah mereka masing-masing yang turut memperdalam alur cerita utamanya. Jika harus memilih karakter favorit, mungkin aku akan memilih Ale; tetapi yang jelas aku suka dengan semua karakter yang ada dalam buku ini :))

Tema pernikahan yang diangkat oleh cerita ini pun seolah menyampaikan pesan bahwa pasangan yang sepertinya sempurna bagi satu sama lain seperti Ale dan Anya pun memiliki permasalahannya sendiri. Aku suka bagaimana ceritanya menekankan betapa pentingnya komitmen dalam suatu hubungan pernikahan. Dan yang terpenting adalah keinginan pasangan tersebut untuk terus bersama dan berusaha untuk memperbaiki pernikahan yang sempat retak. Aku merasa hal ini cukup penting untuk ditekankan terutama pada zaman sekarang, saat dimana begitu banyak pasangan yang dengan mudahnya memutuskan untuk bercerai. Kutipan di bawah yang aku ambil dari buku Critical Eleven ini mendeskripsikan konsep pernikahan dengan baik. Bahwa dalam pernikahan, kita tidak bisa hanya menyerahkan seperempat atau setengah dari kehidupan kita, tetapi semuanya secara menyeluruh :))
"Marriage is a little bit like gambling, isn't it? Bahkan lebih berisiko daripada berjudi. Waktu kita duduk di depan meja poker atau blackjack atau dice, kita bisa memilih ingin mempertaruhkan seberapa banyak. Sedikit, sepertiga, setengah, atau semua, kemenangan yang bisa kita peroleh atau kekalahan yang harus kita tanggung semua tergantung dari seberapa besar risiko yang berani kita ambil. Tapi pernikahan tidak begitu. Saat kita duduk di depan meja penghulu dan melaksanakan ijab kabul, semua kita "pertaruhkan". Cinta, hati, tubuh, pemikiran, keluarga, idealisme, masa depan, karier, setiap sel keberadaan kita sebagai manusia. Tidak bisa setengah-setengah."
Overall, this book is a real page-turner for me. Sulit bagiku untuk meletakkan buku ini, dan saat aku berhenti membaca aku terus memikirkan karakter-karakter di dalamnya. Meskipun ada bagian yang sedikit membuatku bertanya-tanya, aku rasa emosi yang dirasakan oleh karakternya berhasil disampaikan dengan baik kepada pembaca sehingga aku merasa seolah masuk dalam kehidupan Ale dan Anya. Seperti yang aku sebutkan sebelumnya, aku sangat menikmati gaya penulisan Ika Natassa meskipun ini merupakan kali pertama aku membaca karyanya. Dan tentunya aku akan sangat menantikan buku Ika Natassa yang selanjutnya :)
 
by.stefaniesugia♥ .

6 comments:

  1. Huwaaa~ Nungguin di Makassar kok lama amat.. --"

    ReplyDelete
  2. Akhirnya baca karya Ika Natassa juga. :D
    Boleh tuh dicoba karyanya yang lain. Kayak Divortiare sama Antologi Rasa.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iyaa akhirnya baca juga xD Okee, masukin wishlist dulu rekomendasinya :DD

      Delete
  3. Steff! Akhirnya ketemua juga sama buku Ika Natassa ya? hehehe. Aku juga langsung jatuh cinta sama tulisan dia sejak pertama kali baca bukunya yang Divortiare beberapa taon lalu. Dan tulisannya sih sampai sekarang belom pernah ngecewain. Apalagi karakter male lead-nya.Semuanya bikin klepek-klepek banget. Ayoo baca yang lainnya. Divortiare series, A Very Yupy Wedding sama Antologi Rasa.

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...