photo wishlist_zps2544b6d7.png

Monday, August 5, 2013

Book Review: Evergreen by Prisca Primasari

.
BOOK review
Started on: 30.July.2013
Finished on: 31.July.2013

Judul Buku : Evergreen
Penulis : Prisca Primasari
Penerbit : Grasindo
Tebal : 203 Halaman
Tahun Terbit: 2013
Harga: Rp 36,550 (http://www.pengenbuku.net/)

Rating: 5/5
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
"Memaafkan. Kata yang lucu sekali, bukan?... Sesuatu yang sulit sekali diberikan. Padahal dengan melakukan itu berarti kita menyelamatkan hati kita sendiri. Pernahkah kau mendengar, bahwa ketika kau memaafkan seseorang, kau membuka lagi pintu rumah yang sebelumnya kau tutup rapat-rapat, yang telah membuat dirimu terperangkap dan kehabisan napas. Ketika kau memaafkan, kau pun bisa bernapas lagi. Dan hidup."
Kehidupan Rachel berubah kacau semenjak ia dipecat dari jabatannya sebagai seorang editor di Sekai Publishing. Sejak hari itu, Rachel punya kebiasaan memecahkan gelas di rumahnya, tertekan, dan seringkali mengeluh kepada sahabat-sahabatnya. Meskipun sahabatnya sudah memberikan saran untuk Rachel, gadis itu tidak bisa mengubah pemikirannya yang sedang pesimis. Kehilangan pekerjaan, bahkan kehilangan teman membuat hidup Rachel hampa. Dan kedatangannya ke sebuah kafe es krim bernama Evergreen, perlahan mengubah hidupnya.

Pertama kali memasuki Evergreen, yang dirasakan oleh Rachel adalah perasaan hangat seperti pulang ke rumah. Di sana, ia pun menemukan sosok orang-orang yang menarik. Fumio, pelayan Evergreen yang senyumnya dapat membuat orang lain ikut bahagia. Yuya, pemilik kafe Evergreen yang dengan aneh memberikan es krim gratis kepada pelanggan baru. Toichiro-san, seorang lelaki yang sering sekali berkunjung ke Evergreen dan selalu terlihat membaca buku Ryunosuke. Hingga Kari, satu-satunya gadis yang bekerja di Evergreen, dan tidak suka dengan kehadiran Rachel. Orang-orang yang terlihat begitu bahagia di mata Rachel, ternyata mempunyai latar belakang yang jauh lebih kelam dari dirinya.
"Mereka tidak menghibur, membantah, atau menanggapi, tetapi dukungan dan kehangatan mereka sudah lebih dari cukup untuk menunjukkan bahwa mereka peduli."
Kafe Evergreen dan pekerjanya mempunyai kebiasaan untuk melakukan sebuah gathering, saat ketika masing-masing menceritakan kenangan-kenangan dalam hidup mereka. Saat melihat itu, Rachel terdorong oleh sebuah keinginan untuk menjadi bagian dari kafe Evergreen. Mempunyai teman-teman dan rutinitas yang baru. Secara tiba-tiba, Yuya menghampirinya dan menawarkan pekerjaan sebagai karyawan di Evergreen. Rachel tahu benar ia sama sekali tidak punya kemampuan seperti Fumio dalam membuat es krim, tetapi pada akhirnya paksaan Yuya berhasil.
"Kau hanya ingin menerima, kau ingin diperhatikan, disayangi, dipedulikan. Tak pernahkah kau menanyakan pada dirimu sendiri berapa banyak kau telah memberi? Berapa banyak yang telah kau lakukan untuk sahabat-sahabatmu?"
Walaupun Rachel harus tersiksa karena terus-menerus belajar membuat es krim (dan gagal), ia menjadi sedikit lebih terhibur berkat keberadaan pekerja Evergreen yang lain. Semakin lama, ia semakin merasa permasalahan yang ia hadapi sama sekali tidak berarti dibandingkan apa yang dialami oleh Fumio, Yuya, Kari, bahkan Toichiro-san. Dan cobaan terbesarnya datang saat ia bertemu dengan sahabat-sahabat lamanya yang berkunjung ke Evergreen. Di satu sisi ia merasa malu karena sekarang bekerja sebagai pelayan kafe, dan ia ingin menyalahkan sahabat lamanya yang tidak mempedulikannya. Namun saat itu, justru Rachel-lah yang mendapatkan pelajaran terbesar.
"Rachel merasa sangat malu. Fumio punya banyak sekali alasan untuk melakukan jisatsu, tetapi memilih untuk bertahan. Sementara Rachel... betapa mudahnya dia memiliki pikiran jisatsu di saat orang lain berjuang sedemikian keras untuk hidup.
Hidup itu sangat berharga..."
Evergreen telah merubah hidup Rachel, dan ia harus melakukan beberapa hal untuk membenahi kehidupannya - bahkan juga kehidupan orang lain. Berkat semangat hidup yang dimiliki oleh teman-teman barunya di Evergreen, Rachel menyadari bahwa hidup tidak harus dihabiskan dengan penyesalan. Bahkan dipecatnya Rachel dari Sekai Publishing malah membawanya menuju masa depan yang jauh lebih baik.

Baca kisah selengkapnya di Evergreen.
 
image source: here. edited by me.
Aku sangat terbuai dalam alunan cerita Evergreen dengan segala hal manis di dalamnya (baik itu rasa manis waffle yang dibuat oleh Fumio atau perasaan manis yang menguar dari kisahnya). Awalnya aku merasa sedikit terganggu dengan penggunaan font yang tergolong tidak biasa untuk ukuran novel. Akan tetapi penulisan Prisca Primasari yang sangat kunikmati dalam buku ini membuatku tidak begitu keberatan dengan tulisan yang kurang nyaman dibaca. Ini adalah kali kelima aku membaca karya Prisca Primasari, dan ini adalah buku favoritku. Kesederhanaan cerita yang berhasil menimbulkan banyak emosi membuat buku ini mudah untuk dinikmati.

Alur ceritanya cukup sederhana - apalagi mengingat buku ini hanya sepanjang 203 halaman. Kisahnya dimulai dengan mengenalkan karakter Rachel yang sedang frustrasi - akan tetapi pembaca belum mengetahui alasan pemecatan Rachel (yang kemudian diungkap belakangan). Kemudian perkenalan dilanjutkan dengan Evergreen beserta pekerjanya. Dimulai dengan Fumio dan adiknya, Toshi, yang sakit keras - dan pada awalnya pembaca juga tidak diberitahu apa penyakitnya, dan latar belakang keluarga mereka. Sedangkan Kari adalah gadis yang keras dan mempunyai masa lalu yang menyedihkan dengan 'sahabat'-nya (pembaca juga awalnya tidak diberi tahu siapa sahabatnya dan apa yang terjadi). Bahkan Toichiro-san yang awalnya tampak seperti karakter sampingan, perlahan-lahan mengungkap rahasia di balik dirinya yang selalu membaca buku Ryunosuke. Semua misteri itu-lah yang membuatku tidak dapat berhenti membaca dan ingin semuanya segera diungkapkan. Pembaca seperti dibawa menggali karakternya satu-persatu. Melewati semua itu, terkadang aku terkejut dan merasakan emosi yang kuat menguar dari karakter-karakternya. Dan aku sangat senang karena akhirnya semua permasalahan diselesaikan/disimpulkan dengan baik. It all ends on a good note :)


Tidak ada karakter antagonis dalam cerita ini; bahkan teman-teman lama Rachel yang aku pikir jahat mempunyai alasan yang bisa kumengerti atas tindakan mereka. Aku menyukai hampir seluruh karakter yang ada dalam kisah Evergreen ini, tetapi favoritku adalah Fumio dan Yuya. Aku menyukai Fumio tentu saja karena ketabahan hatinya (dan juga kemahirannya dalam membuat waffle :p). Dibanding seluruh karakter yang ada, kisah Fumio adalah yang paling menyayat hati menurutku. Meski demikian ia adalah sosok yang menampilkan senyum paling ramah dan tulus di antara semuanya. Di kehidupan nyata, tindakan seperti ini sulit untuk dilakukan - tetapi berkat Fumio aku termotivasi untuk menjalani kehidupan dengan penuh senyum sepertinya. Yuya pun juga memiliki latar belakang yang cukup suram tentang orangtuanya. Aku sangat menyukai karakternya yang menyenangkan dan sangat friendly - tipe orang yang akan dengan cepat dekat dengan siapa saja. Cukup disayangkan karena Yuya tidak terlalu banyak dibahas, dan chemistry-nya dengan Rachel pun kurang terasa (aku rasa karena jumlah halaman yang terbatas). Sedangkan karakter utamanya sendiri, Rachel, sebenarnya tidak ada yang terlalu istimewa. Awalnya ia hanyalah karakter menyebalkan yang suka mengeluh, suka memecahkan gelas, dan ingin bunuh diri. Aku sangat senang bagaimana seiring dengan jalannya cerita, karakter Rachel berubah sedikit demi sedikit menjadi lebih baik.

Overall, Evergreen adalah sebuah kisah sederhana yang penuh dengan rasa dan pelajaran yang berharga. Di satu sisi, ceritanya terasa hangat dan menyenangkan, tetapi juga ada sesuatu yang sendu di sisi lain. Dari awal hingga akhir, keseluruhan ceritanya membentuk satu keutuhan - kisahnya pun mengalir dan diakhiri dengan baik. Tidak perlu diragukan lagi, penulisan Prisca Primasari sangat kusukai dan aku akan selalu menanti karyanya yang selanjutnya :)))
 
by.stefaniesugia♥ .

2 comments:

  1. Sepertinya buku yang bagus. Thanks for the review and thanks for sharing :) Mind to follow each other? ^^~

    Cheers,
    Karina Dinda R. ♥
    BLOG | TWITTER | INSTAGRAM

    ReplyDelete
  2. setuju banget kak, kisah Fumio emang yang paling bikin hati tercabik-cabik. :""
    apalagi epilognya itu... huhuhuhu

    nice review kak, by the way. :))

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...