BOOK review
Started on: 14 April 2018
Finished on: 17 April 2018
Started on: 14 April 2018
Finished on: 17 April 2018
Title: The Architecture of Love
Author: Ika Natassa
Publisher: Gramedia Pustaka Utama
Publisher: Gramedia Pustaka Utama
Pages: 304 pages
Year of Publication: 2016
Price: Rp 84,000 (https://www.gramedia.com/)
Rating: 5/5
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Year of Publication: 2016
Price: Rp 84,000 (https://www.gramedia.com/)
Rating: 5/5
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
"Every person has at least one secret that will break your heart. Termasuk Raia."Raia, seorang penulis terkenal asal Indonesia, memutuskan untuk pergi ke New York setelah sekian lama tidak bisa menuliskan satu kalimat pun untuk memulai karya selanjutnya. Ia berharap bisa mendapatkan inspirasi untuk bisa kembali menulis dengan berada di kota yang sering dijadikan setting cerita atau film. Namun sekeras apapun Raia berusaha, jarinya bergeming saat ia duduk di depan laptopnya, dan tidak ada satu kata pun yang bisa mengalir keluar.
"Apakah penulis yang sudah sekian lama tidak menulis masih pantas disebut penulis? batinnya. Dan kalau tidak menulis, siapakah dirinya? Bukan siapa-siapa."Hingga suatu saat ia bertemu dengan River, sosok misterius yang selalu terlihat sibuk dengan buku sketsanya. Sejak hari itu, keduanya menghabiskan waktu bersama menjelajahi berbagai sudut kota New York. Untuk beberapa waktu, Raia dan River menjalin pertemanan tanpa mengungkap alasan di balik keberadaan mereka di New York. Mereka merasa nyaman dengan keberadaan satu sama lain. Raia mulai menemukan inspirasinya untuk kembali menulis, dan River bisa kembali merasakan bahagia yang sudah sekian lama tidak ia alami. Sampai akhirnya rahasia yang mereka simpan pun terungkap dan mengubah segalanya.
"Tidak menghitung waktu tidak akan menjadikan waktu berhenti. Sama seperti meyakinkan diri sendiri bahwa sesuatu itu biasa-biasa saja tidak akan dapat mengingkari takdirnya untuk menjadi lebih dari biasa."
image source: here. edited by me. |
Berkolaborasi dengan Twitter, Ika Natassa menuliskan buku ini dengan bantuan #PollStory—yang mengizinkan pembaca untuk menentukan alur cerita lewat sejumlah polling. Menurutku itu adalah ide yang sangat menarik karena ini pertama kalinya aku membaca novel yang melibatkan pembaca dalam proses penulisannya. Aku menyukai penulisan Ika Natassa sejak membaca Critical Eleven, sehingga aku cukup yakin bahwa aku juga akan menikmati karyanya yang satu ini. Seperti dugaanku, membaca buku ini tidak membutuhkan waktu yang terlalu lama karena keseluruhan ceritanya mengalir dengan baik. Meskipun harus kuakui ceritanya tergolong klise dan cukup mudah untuk ditebak, entah mengapa aku tidak bisa berhenti membaca dan ingin segera mengetahui bagaimana kisahnya berakhir. ðð
"Tahu masalah utama perempuan? Bukan berat badan, bukan makeup, bukan jerawat, fuck any of those shit, semua ada obatnya. Tapi tahu yang nggak ada obatnya? Semua perempuan selalu jadi gampangan di depan laki-laki yang sudah telanjur dia sayang. Bukan gampangan dalam hal seks ya maksud gue, tapi jadi gampang memaafkan, gampang menerima, gampang menerima ajakan, bahkan kadang jadi gampang percaya."
"Tapi ada satu ciuman yang tidak pernah ingin dialami seorang perempuan, Riv. Ciuman yang harus diikuti oleh penjelasan."
Buku ini lebih banyak terfokus pada dua karakter utamanya: Raia dan River, dua orang yang sama-sama terluka akibat masa lalu yang perlahan-lahan diungkap seiring berjalannya cerita. Aku sangat suka bagaimana mereka berdua berawal sebagai teman tanpa ada maksud atau tujuan yang lebih. Chemistry antara keduanya terasa begitu alami dan tidak dipaksakan, aku sebagai pembaca seolah bisa turut merasakan bahwa mereka merasa nyaman dengan keberadaan satu sama lain. Hal itulah yang membuatku mendukung hubungan mereka. Oleh karena itu saat hubungan mereka terhambat, aku yang malah jadi frustrasi dan gemas melihat tingkah laku mereka. ðð
Di samping itu, aku juga suka perkembangan yang dialami oleh kedua karakter utamanya: Raia yang mulai memberanikan diri dan mengambil resiko untuk mencintai, dan juga River yang berusaha untuk berdamai dengan masa lalunya. Jujur saja, aku sebenarnya tidak terlalu puas dengan ending ceritanya karena aku menginginkan lebih! Aku masih ingin mengetahui kelanjutan hubungan mereka dan berharap ada setidaknya satu bab lagi untuk mengakhiri kisahnya. ðð Walaupun demikian, aku tetap memutuskan untuk memberi buku ini rating 5 karena Ika Natassa benar-benar berhasil membuatku excited setiap kali membaca dan aku sangat menikmatinya dari awal hingga akhir. Selain itu, buku ini juga berhasil membuatku tersenyum-senyum sendiri seperti orang aneh waktu membaca ð.
Di samping itu, aku juga suka perkembangan yang dialami oleh kedua karakter utamanya: Raia yang mulai memberanikan diri dan mengambil resiko untuk mencintai, dan juga River yang berusaha untuk berdamai dengan masa lalunya. Jujur saja, aku sebenarnya tidak terlalu puas dengan ending ceritanya karena aku menginginkan lebih! Aku masih ingin mengetahui kelanjutan hubungan mereka dan berharap ada setidaknya satu bab lagi untuk mengakhiri kisahnya. ðð Walaupun demikian, aku tetap memutuskan untuk memberi buku ini rating 5 karena Ika Natassa benar-benar berhasil membuatku excited setiap kali membaca dan aku sangat menikmatinya dari awal hingga akhir. Selain itu, buku ini juga berhasil membuatku tersenyum-senyum sendiri seperti orang aneh waktu membaca ð.
"Patah hati tidak akan pernah jadi lebih gampang walau sudah dialami berkali-kali, Ya. Tidak akan pernah jadi berkurang sakitnya. Patah hati itu tidak seperti makan sashimi, yang awal-awalnya kita merasa tidak enak, aneh, tapi kalau dicoba terus pasti jadi suka. Patah hati itu seperti makan ikan bau yang sudah busuk berhari-hari."
"Jatuh cinta adalah satu-satunya yang rela dilakukan orang berkali-kali meski harus selalu berkawan dengan patah hati."Overall, membaca The Architecture of Love merupakan pengalaman yang menyenangkan karena selain mengikuti perjalanan hidup karakter utamanya, pembaca juga seolah ikut diajak menjelajahi kota New York bersama dengan Raia dan River. Bagi penggemar karya Ika Natassa yang sebelumnya, Critical Eleven, karakter Ale dan Anya juga muncul sebagai kameo dalam buku ini. Hal tersebut merupakan sebuah kejutan yang menyenangkan karena pembaca jadi bisa melihat cuplikan kehidupan mereka setelah Critical Eleven berakhir. Tentu saja aku akan terus menantikan karya terbaru Ika Natassa. Selain karena gaya penulisannya yang sangat aku sukai, siapa tahu di buku selanjutnya Raia dan River akan muncul sebagai kameo ðð.
Aq mlah baca the architecrute of love dulu dan blm baca critical eleven.. jd pgn baca ulang lagi
ReplyDeleteAyooo bacaa ;D
Deleteahhhh.... aku jadi penasaran dengan buku ini mbak. Apalagi ada Ale sama Anya sebagai cameo. Jadi tambah curious :)
ReplyDeleteYayyy! Ayok ayok dibaca juga :D
Delete