photo wishlist_zps2544b6d7.png

Monday, September 9, 2013

Book Review: Jika by Alanda Kariza, Gita Romadhona, dkk.

.
BOOK review
Started on: 1.September.2013
Finished on: 4.September.2013

Judul Buku : Jika
Penulis : Alanda Kariza, Artasya Sudirman, Bella Panggabean, Desiyanti, Feba Sukmana, Gita Romadhona, Hanny Kusumawati, Mita M. Supardi, Nannette Isdito, Novi Kresna Murti, Rahne Putri, Stella Ang, Windy Ariestanty
Penerbit : GagasMedia
Tebal : 224 Halaman
Tahun Terbit: 2013
Harga: Rp 49,300 (http://www.pengenbuku.net/)

Rating: 4/5
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
"'Jika-jika itu adalah cerita. Kau tak akan berhenti mengarang jika.' Jika adalah tumpukan kenangan. Kenangan tentang masa lalu. Juga tentang masa depan. Kisah bergulir karena aku dan kamu menangankan jika. Kita merindukan kata cerita."
12 cerita pendek yang ada dalam buku ini dituliskan dengan indah disertai dengan foto yang para penulisnya temui dalam perjalanan. Setiap cerita yang tertulis di dalam buku ini mengandung 'jika' yang terselip dalam kisah-kisah cinta, penantian, dan bahkan luka. Potongan kehidupan yang menjelma menjadi sebuah cerita membuat pembaca memikirkan jika-jika yang mungkin dapat terjadi; jika yang mungkin pula tidak akan terjadi. 13 penulis yang berkolaborasi dalam pembuatan buku ini masing-masing mempunyai gaya bercerita yang puitis dan membuat setiap cerita pendeknya menggugah hati pembaca.

"Namun, Navita juga sadar, bahwa jika tasnya tidak rusak dan mereka tidak pergi ke toko itu untuk mereparasi tasnya, mungkin ayahnya tetap akan membohongi ibunya."
Kisah pertama dalam buku ini dituliskan oleh Alanda Kariza, berjudul Setumpuk 'Jika' di Manhattan. Sepasang kekasih yang akan menikah pergi ke Manhattan demi menemui Ayah sang perempuan. Bertahun-tahun lamanya mereka terpisah, sejak Ayahnya memutuskan untuk pergi. Ia mencari Ayahnya, namun mendapati kenyataan yang tidak sesuai dengan dugaannya. 

Kisah Cinta di Balik Pintu Renta yang ditulis oleh Rahne Putri adalah sebuah cerita tentang perpisahan dan penantian. Perasaan yang penuh dengan sepi selama penantian yang panjang terselip dalam kisah cinta yang sendu ini. Hingga saat sepucuk surat datang, surat pertama dan terakhir, yang akan mengakhiri penantian bermusim-musim itu.
"Apa kau benar-benar mengikuti perkataanku untuk melupakanku sejenak? Lain kali, aku ingin bayanganku yang muncul karena matahari pukul delapan kala itu keluar dari tanah dan menampar wajah jika aku mengucap kalimat yang berlawanan dengan hati."
"Jika saja bisa, saya akan mengantikan laki-laki yang ia tunggu. Akan saya genggam tangannya dan saya bisikkan cinta yang tak sempat diucapkan laki-laki itu. Namun, saya tak bisa."
Gita Romadhona, penyunting buku-buku GagasMedia, menuliskan Perempuan yang Menunggu di Peron Dua untuk buku ini. Sesuai judulnya, kisah ini adalah tentang seorang perempuan yang duduk di bangku tunggu peron dua. Ia tidak sedang menunggu kereta; namun menantikan cinta yang dibawa oleh kereta itu kepadanya. Akan tetapi yang tersisa hanyalah jika bagi sang pengamat perempuan itu.

Cerita keempat dari buku ini berjudul Ashes to Ashes, karya Stella Ang. Seorang perempuan melakukan rutinitas sehari-harinya dan beranjak pergi ke tempat pertemuan. Dan ternyata hari itu bukanlah hari yang biasa seperti hari-hari yang lain. Ia menyadari hal itu saat seorang pria terduduk di sebelahnya, mendengarkan lagu David Bowie yang berjudul Ashes to Ashes. Ia tidak dapat mengalihkan perhatiannya dari pria itu; tetapi pada akhirnya yang ada sekadar jika.

Tentang Kehilangan ditulis oleh Hanny Kusumawati, adalah sebuah cerita tentang perselingkuhan yang dilihat dari sudut berbeda. Sang perempuan beberapa kali mendapat surat dari istri kekasihnya yang mempertanyakan tentang kehilangan. Ia menjalani kisah cinta yang bahagia dengan pria itu, namun korban dari semua ini adalah sang istri yang tidak dapat melakukan apa-apa selain mengirimkan surat yang berisi seluruh isi hatinya.
"Ketika kamu jatuh cinta, kamu punya dua pilihan: mengejarnya atau menguburnya. Ketidaksetiaan adalah konsekuensi mutlak dari menuruti atau mengabaikan kata hati. Pada akhirnya, kamu harus memilih: apakah kamu akan mengkhianati seseorang, atau mengkhianati perasaanmu sendiri?"
Feba Sukmana menuliskan kisah dengan judul Sepucuk Surat Cinta di Sebuah Stasiun Kereta. Kisah ini adalah sebuah kenangan manis tentang pertemuan sepasang lelaki dan perempuan berkat mesin penjual otomatis yang rusak. Surat cinta terselip di stasiun itu, sebagai ucapan terima kasih karena telah mempertemukan mereka. Dan sekali lagi jika dipertanyakan. Apa yang akan terjadi pada mereka seandainya mesin itu tidak rusak?

Between The Last Train Leaving and The First Train Arriving karya Novi Kresna Murti menceritakan tentang seorang gadis yang harus mengambil keputusan dalam waktu empat jam; untuk menunggu atau untuk pergi. Empat foto dari empat musim yang berbeda membuat semua kenangan yang tersimpan muncul kembali ke permukaan.

Kisah kedelapan dengan judul Luna Membawa Luka dituliskan oleh Nannette Isdito. Sejak calon suaminya menyalahgunakan kepercayaannya, luka terus membekas dalam hati Luna. Ia menemui terapis sekaligus sahabatnya yang kemudian membukakan pikiran serta pintu hatinya. Ego-lah yang menahan dirinya dan membuatnya terus-menerus membawa luka.
"Namun, jika saat itu Luna tak pernah dikhianati Raka, mungkin dia tak akan tahu ke mana semestinya hidup menuntunnya... Kadang kita perlu tersesat untuk menemukan jalan pulang. Harus kehilangan untuk menemukan apa yang sejatinya menjadi 'milik' kita."
Cerita selanjutnya adalah Penantian Rana, karya Desiyanti. Sepasang sahabat, Rana dan Citra, yang tidak bisa move on dari zona nyaman mereka. Keduanya mempunyai sebuah ritual untuk bertemu di restoran tua setiap Jumat petang. Tiga tahun lamanya, dan Rana memutuskan untuk menanti saat yang tepat bagi pernyataan cintanya. Akan tetapi penantian itu sepertinya tidak akan pernah berakhir.

Mita Supardi menuliskan sebuah cerita pendek berjudul Pulang, yang awalnya mungkin terasa membingungkan. Lydia adalah seorang gadis yang tinggal sementara di rumah Randu - seseorang asing yang dikenalnya. Perlahan-lahan, kenyataan tentang kehidupan Lydia yang bahkan ia sendiri tidak ketahui mulai terungkap.
"Selain pengulangan, dalam hidup akan banyak sekali kemiripan atau kata seolah-olah. Dari banyak kata tersebut, memunculkan kata jika untuk pengandaian. Semua manusia memang terlahir tak pernah puas dengan dirinya."
Kesempatan Kedua yang ditulis oleh Artasya Sudirman adalah tentang seorang perempuan yang menerima lamaran dari seorang lelaki. Namun ketidaksiapannya memberi jawaban membuat ia melarikan diri dari situasi. Lewat sebuah perjalananlah, akhirnya ia memutuskan bahwa ia tidak mau berandai-andai lagi.

Dan pada akhirnya buku ini diakhiri dengan karya Bella Panggabean berjudul Musafir Asa. Ia menuliskan untaian kalimat-kalimat indah yang sarat makna. Bersanding dengan gambar-gambar yang indah adalah puisi yang ditulisnya.

image source: here. edited by me.
Jika, bagaimana kalau kata itu tidak pernah ada? Semua hal di dunia ini adalah kealpaan pilihan. Jalan hanya satu, dan mau tidak mau kau tetap harus melakukannya.
Setelah selesai membaca buku ini dan menulis ringkasan singkat untuk setiap ceritanya, aku seperti mendapati benang merah yang menyatukan 12 cerita pendek yang ada menjadi satu kesatuan. Tema besar yang diusung oleh buku ini tentu saja terpampang jelas lewat judulnya, sebuah kata: Jika. Aku sangat menyukai tema ini, karena jika seringkali kita temui - atau bahkan setiap hari. Dalam setiap hal mungkin ada banyak jika yang terselip dalam pikiran; pengandaian akan hal-hal yang tidak terjadi, atau pilihan-pilihan yang tidak kita ambil. Masing-masing penulis menyuguhkan kisahnya dengan cara mereka sendiri, dan aku amat menikmatinya.

Beberapa kisah yang berhasil menjadi favoritku adalah: Perempuan yang Menunggu di Peron Dua karya Gita Romadhona, Tentang Kehilangan karya Hanny Kusumawati, dan Penantian Rana karya Desiyanti. Aku rasa di antara 12 kisah yang ada, tiga cerita pendek inilah yang memberikan kesan paling mendalam untukku - karena ending-nya yang tidak terduga. Meskipun sebenarnya semua cerita yang ada dalam buku ini dapat kunikmati dengan baik - terlebih karena gaya penulisannya yang indah, sesuai dengan seleraku. Jujur saja, di antara deretan nama penulis yang memberikan kontribusi untuk buku ini, sedikit sekali yang aku kenal. Yang pernah aku baca karyanya adalah Alanda Kariza dan Windy Ariestanty (yang dalam buku ini hanya menuliskan pragagas). Gita Romadhona pun hanya aku kenal sebagai editor buku-buku GagasMedia yang aku baca. Aku rasa setiap penulis yang menyumbangkan kisah pendeknya untuk Jika adalah orang-orang yang sangat berbakat. Semoga para penulis ini berencana untuk menerbitkan novel solo-nya :)

Overall, aku sangat menyukai kumpulan jika-jika yang dikemas dalam satu buku ini. Tidak lupa juga aku memberikan pujian untuk desain sampul yang selalu luar biasa dari Jeffri Fernando. Kisah-kisah yang disuguhkan berhasil mengaduk emosiku dan membuatku berandai-andai tentang kata 'jika' dalam kehidupan. Akhir kata, it's a great compilation of beautifully-written stories :)
 
by.stefaniesugia♥ .

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...