photo wishlist_zps2544b6d7.png

Friday, February 3, 2012

Book Review: Hafalan Shalat Delisa


 BOOK review
Started on: 1.February.2012
Finished on: 2.February.2012

Hafalan Shalat Delisa by Tere-Liye

Judul Buku : Hafalan Shalat Delisa
Penulis : Tere-Liye
Penerbit : Republika
Tebal : 266 Halaman
Tahun Terbit: 2011

reading this together with a friend from BBI, OceMei :)
 visit her blog: http://sikutubukuocemei.blogspot.com/ to read her review on this book ;)
 --------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
"Pagi itu, Sabtu 25 Desember 2004. Sehari sebelum badai tsunami menghancurkan pesisir Lhok Nga. Sebelum alam kejam sekali merenggut semua kebahagiaan Delisa."
Buku ini berkisah tentang seorang gadis cilik berusia 6 tahun, bernama Delisa. Ia tinggal bahagia bersama Ummi-nya, dan 3 kakaknya: Fatimah, Aisyah dan Zahra. Saat itu, Delisa sedang rajin-rajinnya belajar menghafal bacaan shalat; karena tak lama lagi ia akan menghadapi sebuah ujian dalam membaca shalat tersebut. Seperti yang sudah dilakukan oleh kakak-kakanya dahulu, setiap lulus menghafal bacaan shalat, Ummi mereka akan memberikan hadiah kalung. Delisa teramat senang dan semakin bersemangat karena selalu termotivasi ketika mengingat hadiah kalung tersebut. 

Pada hari ujian itu akan dilaksanakan, Delisa mengingat kembali petuah yang diajarkan oleh Ustadz Rahman; bahwa shalat harus khusuk. Meskipun berbagai macam keributan dan keramaian di sekitar, saat sedang melakukan shalat harus tetap fokus, pikirannya satu. Dan Delisa memegang teguh petuah tersebut.

"Nah, jadi kalian shalat harus khusuk. Harus satu pikirannya... Andaikata ada suara ribut di sekitar, tetap khusuk. Ada suara gedebak-gedebuk, tetap khusuk. Jangan bergerak."

Ketika Delisa sedang melakukan hafalan bacaan shalatnya, di depan gurunya, bencana itu tiba. Gempa mulai terasa, dan orang-orang mulai ketakutan. Namun Delisa tetap khusuk menjalankan shalatnya. Bahkan ketika air yang besar itu, tsunami itu datang, Delisa tetap tidak mau diganggu. Akan tetapi apa daya gadis kecil itu, ia pun turut tersapu oleh banjir besar itu.

Selama berhari-hari lamanya Delisa terdampar tak berdaya. Kaki kanannya tidak mampu digerakkan, dan siku kanannya patah. Delisa sepertinya hanya bisa berharap kepada kemurahan Tuhan yang terus membiarkannya bertahan hidup. Dan ketika gadis itu akhirnya memperoleh pertolongan, ia harus menerima kenyataan bahwa salah satu kakinya harus diamputasi. Sikap Delisa dalam menghadapi bencana ini membuat banyak orang terkagum; bagaimana ia seperti menerima dengan ikhlas semua yang telah terjadi. Kini ia hanya tinggal berdua dengan Abi-nya, ayahnya. Ketiga kakaknya telah dinyatakan meninggal. Bahkan Ummi yang amat Delisa sayangi tidak diketahui keberadaannya. Bersama-sama, keduanya berjuang menghadapi kenyataan hidup, bahwa mereka telah kehilangan banyak hal dalam bencana itu.

Delisa sudah berusaha bersabar, berusaha ikhlas. Namun bagaimana jika ia merindukan kehadiran Ummi-nya? Bagaimana jika ternyata ada bagian dari dirinya yang masih tidak bisa menerima semua yang telah terjadi?
Dan juga, Delisa harus menyelesaikan satu tugasnya yang belum selesai.
Menyelesaikan hafalan bacaan shalatnya yang tertunda.

Buku ini mengajarkan kita lewat Delisa tentang arti sebuah rasa ikhlas. Kisah ini juga mengajarkan banyak hal penting melalui sebuah bencana yang menimpa banyak orang. Sebuah pelajaran penting dalam kehidupan.


Seperti biasa, Tere-Liye berhasil menciptakan sebuah kisah yang luar biasa. Membaca buku ini mengingatkanku pada Sunset Bersama Rosie yang aku baca beberapa waktu lalu, yang mengisahkan sebuah bencana juga. Aku sangat mengagumi bagaimana Tere-Liye dapat menceritakan kejadian tersebut dengan emosi yang begitu mendalam; sehingga aku bisa turut merasakan kesedihan tersebut.

Karakter Delisa dalam buku ini tentu saja sangat patut diacungi jempol. Jalan pikirannya yang polos dan penuh pertanyaan lugu jelas menggambarkan seorang anak yang masih berusia 6 tahun. Tetapi sungguh mengagumkan bagaimana ia bisa menerima semua yang terjadi padanya dengan hati yang ikhlas dan masih tetap riang. Dari Delisa, aku belajar arti ikhlas dan arti ketulusan hati.

"Orang-orang yang kesulitan melakukan kebaikan itu, mungkin karena hatinya Delisa... Hatinya tidak ikhlas! Hatinya jauh dari ketulusan..."

Meskipun aku mengakui buku ini adalah buku yang bagus, mau tidak mau aku membandingkan buku ini dengan kisah-kisah Tere-Liye yang lain (yang sudah kubaca). Buku ini entah mengapa sepertinya terasa lebih datar. Oleh karena itu jadilah buku ini mendapat rating 4. But overall, buku ini masih tetap seperti khas tulisan Tere-Liye: melalui sebuah kisah sederhana, disampaikan banyak pelajaran yang berharga.

"Ah, selalu begitu. Kejadian yang tak terhindarkan, selalu mendidik manusia-manusia terbaikMu dengan cepat. Kejadian itu selalu sementara. Pemahaman atas kejadian itulah yang akan abadi."

4/5 stars
by.stefaniesugia♥
.

4 comments:

  1. Apakah tere-liye bisa disebut Jodi pilcoutt-nya indonesia? Soalnya mengangkat tema2 bencana atau penyakit, dll.

    ReplyDelete
    Replies
    1. baru baca satu bukunya Jodi Picoult, jadi tdk bs menentukan :X hahaha :D emg Jodi juga sk nulis ttg bencana gtu y? :1

      Delete
  2. next to read : Sunset Bersama Rossie. hehe

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...