photo wishlist_zps2544b6d7.png

Friday, January 12, 2018

Book Review: Teka-Teki Terakhir by Annisa Ihsani

.
BOOK review
Started on: 18 December 2017
Finished on: 25 December 2017

Judul Buku : Teka-Teki Terakhir
Penulis : Annisa Ihsani
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tebal : 256 Halaman
Tahun Terbit: 2017
Harga: Rp 60,000 (https://www.gramedia.com/)

Rating: 4/5
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
"Kelak aku akan mengingat sore hari di bulan April itu sebagai salah satu momen ketika hidupku berubah. Tetapi saat ini, tercabik antara rasa penasaran dan ketakutan, aku belum mengetahuinya."
Laura Welman adalah seorang gadis 12 tahun yang tidak pandai matematika. Baru saja ia mendapatkan nilai nol untuk kuis matematika di sekolahnya. Tanpa ia sadari, Laura membuang kuis yang memalukan tersebut di tempat sampah keluarga Maxwell—sepasang suami istri yang selalu dianggap sebagai pasangan yang aneh oleh penduduk kota Littlewood karena mereka tidak pernah tampak di luar. Sejak kecil, Laura dan kakaknya selalu merasa rumah keluarga Maxwell terkesan angker dan tidak terawat. Namun semuanya berubah saat suatu hari Tuan Maxwell menghentikan Laura dan memberinya sebuah buku berjudul 'Nol: Asal-usul dan Perjalanannya'.

"Aku teringat semua gosip tentang pasangan Maxwell. Semua cerita aneh yang dibicarakan penduduk kota. Kalau saja mereka mau mengetuk pintu rumah ini dan mencari tahu kenyataannya."
Setelah menyelesaikan buku tersebut, Laura mempertimbangkan untuk mengembalikannya atau tidak kepada Tuan Maxwell. Dan hari saat Laura mendatangi rumah keluarga Maxwell, saat itulah hidupnya berubah. Ia dipertemukan dengan Nyonya Maxwell, yang memperbolehkannya meminjam buku apapun dari perpustakaan keluarga mereka yang luar biasa besar. Sejak itu, pandangan Laura terhadap suami istri Maxwell berubah seratus delapan puluh derajat. Hari-hari berikutnya banyak Laura habiskan di rumah tersebut. Kemudian Laura mendapati bahwa Tuan dan Nyonya Maxwell adalah ahli matematika, yang selama bertahun-tahun berusaha membuktikan pernyataan matematika yang belum terselesaikan selama lebih dari tiga abad lamanya.
"Suatu hari kau mendapat nol untuk kuis matematikamu. Suatu hari seorang pria tua misterius memberimu buku. Suatu hari kau menemukan teman di tempat paling tak terduga di kotamu. Suatu hari seorang ahli matematika membuktikan konjektur berusia 356 tahun..."
image source: here. edited by me.
Buku ini sebenarnya sudah terbit sejak tahun 2014 dan beberapa review teman-teman di Goodreads membuatku tertarik untuk membacanya. Tetapi karena satu dan lain hal, aku tidak sempat membeli dan membacanya pada tahun tersebut. Di tahun 2017, Teka-Teki Terakhir dicetak ulang dengan desain sampul yang baru. Aku seketika langsung jatuh cinta dengan cover barunya dan memutuskan untuk membeli serta membaca buku ini. Salut untuk @sukutangan yang mengerjakan cover redesign-nya! 👏👏 Aku sama sekali tidak menyesal dengan keputusanku yang agak impulsif itu karena aku sangat menikmati kisah Laura Welman dan pasangan Maxwell dari awal hingga akhir! 😊😊

Sejak halaman-halaman awal, aku langsung menyukai gaya penulisan Annisa Ihsani yang mengalir dengan baik dan membuatku tertarik untuk mengetahui kelanjutan kisahnya hingga akhir. Ceritanya ditulis dari sudut pandang pertama karakter utamanya: Laura Welman, seorang gadis berusia 12 tahun. Karakterisasinya sangat menggambarkan anak seusianya yang penuh dengan rasa ingin tahu serta gejolak perasaan anak remaja. Karakter favoritku dalam buku ini adalah Katie, sahabat Laura yang sempat dikecewakan beberapa kali. Meski demikian, hal-hal yang ia lakukan karena kesetiakawanannya membuatku terharu 🤗. Hubungan Laura dengan Tuan dan Nyonya Maxwell juga sangat manis. Pasangan suami-istri yang awalnya terkesan misterius dan seram, perlahan-lahan menjadi sosok yang hangat dan menyenangkan di mata Laura. Aku juga suka pada karakter Julius, yang memberikan beberapa petuah penting untuk Laura. Aku rasa aku menyukai hampir semua karakter yang ada dalam buku dengan alasannya masing-masing 😅.
"Kalau aku boleh memberimu satu nasihat, Laura, janganlah terlalu fokus pada satu hal hingga lupa menghargai apa yang ada di sekelilingmu."
Hal yang paling aku sukai dari buku ini adalah pesan moral yang tersampaikan di balik ceritanya yang sederhana. Salah satunya adalah bahwa terkadang seberapa kerasnya kita berusaha untuk memperjuangkan sesuatu dalam kehidupan kita, kenyataannya tidak seindah yang kita harapkan. Yang bisa kita lakukan kemudian hanyalah menerima kenyataan tersebut dan melanjutkan kehidupan. Selain itu ada juga pesan tentang persahabatan serta tentang melakukan apa yang kita inginkan / sukai dalam hidup ini.

Menariknya lagi, dalam buku ini terdapat beberapa teka-teki dari Tuan dan Nyonya Maxwell yang membuat pembaca ikut berpikir bersama dengan Laura. Membaca teka-teki tersebut membuatku tersenyum dan berpikir sejenak tentang persoalan paradoks, kontradiksi, dan lain sebagainya. Aku rasa aku bisa bersimpati dengan apa yang dirasakan oleh Laura Welman—karena sewaktu sekolah dulu aku juga tidak terlalu pandai pelajaran matematika dan berulang kali harus ujian ulang 😂😂. Meskipun sejarahku dengan matematika tidak begitu bagus, buku ini berhasil membuatku memiliki perspektif yang sedikit berbeda; bahwa sesungguhnya matematika bisa jadi sesuatu yang menarik dan tidak menyeramkan.
"Dengar, apa pun yang kaulakukan, akan selalu ada orang yang menganggapnya salah. Jadi, sebaiknya lakukan saja yang kau suka, oke?"
"Tiba-tiba saja mengabaikan perkataan orang di kota tidak terasa semudah dulu.
Aku tidak bangga atas sikapku, tapi saat itu tidak ingin disangkutpautkan dengan siapa pun yang tinggal di jalan Eddington nomor 112. Aku tidak ingin dikenal sebagai anak yang sering berkunjung ke rumah paling angker di kota. Aku hanya ingin menjadi Laura Welman yang biasa-biasa saja, titik."
Buku ini sangat menyenangkan untuk dibaca; penulisannya yang mengalir berhasil membawaku masuk ke dalam kota Littlewood dan melihat kehidupan dari sudut pandang Laura Welman. Mungkin buku ini bisa tergolong sebagai bacaan yang ringan karena konfliknya tidak terlalu berat. Namun di saat yang sama, ending-nya terasa realistis dan bukan tipikal ending 'happily ever after' yang aku duga pada awalnya. Kisah ini mendorong pembaca untuk mengejar impian dan menikmati proses menuju ke impian tersebut. Walaupun hasilnya mungkin tidak selalu sesuai dengan yang kita harapkan, proses yang dilalui akan membentuk kita menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya. 😄😄 Looking forward to Annisa Ihsani's next work!

by.stefaniesugia♥ .

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...