photo wishlist_zps2544b6d7.png

Tuesday, January 13, 2015

Book Review: Koala Kumal by Raditya Dika

.
BOOK review
Started on: 6.January.2015
Finished on: 6.January.2015

Judul Buku : Koala Kumal
Penulis : Raditya Dika
Penerbit : GagasMedia
Tebal : 260 Halaman
Tahun Terbit: 2015
Harga: Rp 47,600 (http://www.bukabuku.com/)

Rating: 4/5
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- 
"Kata orang, ketika sedang patah hati, kita akan makan banyak biar ngerasa gak sedih-sedih amat. Gue jadi sering makan es krim sambil nangis, ingusan, meratapi apa yang salah. Gara-gara putus cinta, sekarang gue jadi cowok cengeng yang buncit."
Buku terbaru Raditya Dika yang berjudul Koala Kumal ini terdiri atas 12 cerita-cerita yang ditulis berdasarkan pengalaman pribadi penulisnya, yang tidak jauh-jauh dari masalah patah hati. Dibandingkan buku-buku Raditya Dika yang lain, buku ini mungkin yang terasa paling mellow dan sendutetapi tentu saja penulisnya masih tetap menyelipkan adegan atau kalimat lucu yang berhasil membuatku tersenyum. Untuk memberi gambaran yang lebih jelas tentang isi buku ini, aku akan menuliskan cuplikan beberapa cerita yang ada di dalamnya :)

Cerita yang pertama dalam Koala Kumal ini berjudul "Ada Jangwe di Kepalaku". Patah hati tidak hanya terjadi pada hubungan percintaan, tetapi juga dalam hubungan persahabatan. Raditya Dika yang tidak punya banyak teman sewaktu masih SD, selalu menghabiskan waktunya dengan bermain video game. Dan lewat kejadian yang melibatkan layangan, ia bertemu dengan Bahri dan Dododua orang yang kemudian menjadi sahabatnya. Namun saat Dika merasa ada yang salah dalam persahabatan mereka, ia harus mengambil keputusan yang beratmeskipun itu berarti ia harus kehilangan seorang teman.
"Banyak laki-laki dalam perjalanan hidupnya tidak sengaja bertemu dengan perempuan menarik tapi gak berani ngajak kenalan. Perempuan itu pun pergi berlalu, berujung dengan para laki-laki ini berandai: apa yang terjadi seandainya gue berani ngomong sama dia?"
"Sampai saat ini pun gue hanya bisa berharap, jika waktunya tepat, gue bisa berkenalan dengan perempuan yang gue suka, pada sebuah kebetulan, dan akhirnya kami saling menyebut nama satu sama lain."
Kisah yang diberi judul "Perempuan Tanpa Nama" menceritakan pengalaman Raditya Dika dengan perempuan-perempuan yang hingga akhir tidak ia ketahui namanya. Pada bagian ini, ia menuliskan tiga perempuan yang ia temui dalam situasi yang berbeda-beda.Yang pertama adalah saat ia masuk SD, lewat pertemuan di Kentucky Fried Chicken. Yang kedua ia temui di sebuah penerbangan pada tahun 2005, dan yang terakhir pada tahun 2011 di Senayan City. Meskpun kejadian-kejadian tersebut bisa dilihat sebagai sesuatu yang lucu, tetap saja penulis tidak bisa berhenti berandai-andai apa yang akan terjadi sebaliknya.

Dan ada pula cerita patah hati yang dialami oleh salah satu sahabat Raditya Dika, dalam kisah yang berjudul "Patah Hati Terhebat". Tidak semua patah hati terjadi karena putus dengan kekasih akibat pertengkaran ataupun ketidakcocokan, dan cerita ini merupakan salah satu contohnya. Dan lewat kisah ini, keduanya menyadari bahwa setiap patah hati pasti membawa perubahan pada orang yang mengalaminya.
"Pembicaraan tersebut membuat berpikir, buku terbaru gue temanya itu: patah hati dan hal-hal yang berkaitan dengan itu."
Baca kisah-kisah lainnya di Koala Kumal.
image source: here. edited by me.
Selain tiga cerita yang aku tulis cuplikannya di atas, masih ada banyak bab-bab lain yang tentunya tidak kalah menarik. Beberapa cerita lain yang menjadi favoritku antara lain adalah "Panduan Cowok Dalam Menghadapi Penolakan", yang menjelaskan berbagai macam kemungkinan seorang cowok ditolak oleh cewek. Beberapa di antaranya memang agak absurd, tetapi aku rasa cukup realistis XD Tipe-tipe penolakan yang ditulis dalam bab ini antara lain adalah "dia lebih memilih pendidikan", "dia telat membalas message", "dia bilang horoskop kalian tidak cocok", dan lain sebagainya. Aku rasa ini adalah salah satu bab yang paling menghibur untukku XD

Aku juga sangat suka bagian yang berjudul "Menciptakan Miko", yang menceritakan tentang perjalanan Raditya Dika dalam membuat serial Malam Minggu Miko yang berawal dari Youtube. Sebagai salah satu penonton Malam Minggu Miko di Youtube, aku sama sekali tidak menyangka ada banyak kesulitan dalam proses pembuatannya. Raditya Dika juga menuliskan kejadian-kejadian kocak yang terjadi selama proses produksi. Lewat cerita ini aku pun mengetahui bahwa Raditya Dika memulai semuanya dari nol, tanpa mengetahui apapun tentang penyutradaraan dan produksi serial TV. Salut!
"Satu hal yang gue tahu, Miko akan selalu menjadi bagian dari diri gue. Secemen-cemennya dia, sesial-sialnya Miko dalam menghadapi malam Minggu, gue bersyukur dia telah memberikan pengalaman baru yang tidak tergantikan."
Overall, aku menikmati buku yang tergolong bacaan ringan ini, dan dapat menyelesaikannya dalam waktu yang cukup singkat (karena bukunya juga tidak terlalu tebal). Akan tetapi aku selalu membaca karya-karya Raditya Dika dengan harapan menemukan banyak humor di dalamnya yang bisa membuatku tertawa dan terhibur. Dan ternyata cerita-cerita dalam buku ini cukup sendu dan mellow, sehingga aku hanya bisa memberikan rating 4/5. Rating ini tidak berarti bukunya tidak bagus—aku malah merasa tulisan Raditya Dika di sini terasa lebih matang dibanding sebelumnya—tetapi lebih karena buku ini tidak memenuhi ekspektasiku. Meski demikian, aku masih akan tetap menantikan karya-karya Raditya Dika yang selanjutnya, karena aku tidak akan bosan dengan komentar absurd-nya dalam berbagai situasi—bahkan dalam keadaan yang serius sekalipun :))

by.stefaniesugia♥ .
 

8 comments:

  1. Sepertinya bacaan yang menarik untuk menjadi selingan dari bacaan berat. Keren juga cerita-ceritanya

    ReplyDelete
  2. sependapat banget.

    waktu baca Koala Kumal juga ngerasa ceritanya itu 'gelap' abis, bawaannya mellow mulu, beda sama buku-buku sebelumnya yang menurutku jauh lebih 'cerah', tapi tetep bagus sih. :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya mgkn karena tema cerita2nya ttg patah hati :D

      Delete
  3. Still worth it to read berarti :)

    ReplyDelete
  4. Komedi pake hati. bacanya sampai ke hati, hhehe. saya juga setuju, mbak. bukunya ini agak lebih ngebuat kita berfikir dan merenung. jadi membacanya tak hanya selesai dengan tawa. lebih dalem. apalagi yang 'Patah Hati Terhebat', nyesek dengar kenyataannya.

    Salam kenal, mbak Stefanie :)

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...