photo wishlist_zps2544b6d7.png

Saturday, January 26, 2013

Book Review: The Naked Traveler by Trinity

.
BOOK review
Started on: 18.January.2012
Finished on: 19.January.2012

Judul Buku : The Naked Traveler
Penulis : Trinity
Penerbit : C Publishing
Tebal : 282 Halaman
Tahun Terbit: 2007
Harga: Rp 37,825 (http://www.pengenbuku.net/)

Rating: 5/5

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

The Naked Traveler adalah kumpulan berbagai macam kisah perjalanan yang telah dialami sendiri oleh sang penulis. Buku ini dibagi menjadi tujuh bagian: Airport, Alat Transportasi, Life Sucks!, Tips, Sok Beranalisa, Adrenaline, dan Ups!. Setiap cerita yang ada dalam bagian ini tentu saja berhubungan dengan judul bab masing-masing. Pada bagian yang pertama, Trinity menuliskan segala macam pengalamannya yang berhubungan dengan Airport/bandara; bagian kedua, ia menceritakan kisah-kisahnya dengan berbagai macam alat transportasi dimulai dari pesawat terbang, mobil, bahkan transportasi aneh lainnya. Dan demikian seterusnya, setiap bab dipenuhi dengan kisah-kisah yang menyenangkan tentang seorang backpacker yang hobi jalan-jalan.

Dalam buku The Naked Traveler ini, Trinity membawa pembaca melewati berbagai macam pengalaman yang ia lewati. Beberapa kisah yang menarik untukku antara lain adalah Airport: Kejarlah Daku dan Tangkaplah Bagasimu. Ia menceritakan pengalamannya mengambil bagasi di berbagai macam bandara. Tentu saja Airport internasional milik Amerika dan Eropa adalah contoh bandara yang canggih dengan teknologi traffic light bahkan conveyer belt yang seperti lift. Beda halnya dengan airport di Indonesia - meskipun di negara kita juga mempunyai bandara yang canggih. Contohnya di bandara Samarinda yang berukuran kecil, cara pengambilan bagasinya adalah dengan menurunkan barang satu per satu dari pesawat, ditumpuk dalam troli superbesar, troli diparkir di luar ruang tunggu, dan silahkan cari bagasi anda di antara ratusan koper yang ada. Akan tetapi, lewat cerita Trinity, bandara yang pengambilan bagasinya paling absurd adalh airport Siam Reap (Kamboja) yang melemparkan bagasinya untuk ditangkap.
"Betul saja, begitu pintu kecil dibuka, ada 2 orang petugas yang melempar koper-koper dari dalam pintu dan kita harus berebutan menangkapnya! Bukannya nangkep rambutan, ini sih koper "segede bagong" melayang-layang di udara dan hup, bisa mejret saat menangkapnya, bukan?"
Kisah menarik yang lain berjudul Life Sucks: Terkutuklah Edinburgh. Perjalanan Trinity menuju kota Edinburgh dipenuhi dengan kesialan, dan karena tidak mempunyai banyak info mengenai kota tersebut, ia memutuskan untuk ikut tur. Anehnya, ibu penjaga loket berkulit putih itu melayani seorang Jepang dengan semena-mena, bahkan menjawab sambil melihat ke langit-langit. Ia mengatakn bahwa paket tur sudah habis. Hal yang sama terjadi saat Trinity menanyakan tentang tur kepada ibu itu, dan dengan galak ia menjawab "No tour today!". Karena penasaran, ia terus memperhatikan ibu itu dari kejauhan. Pada akhirnya ia mendapati bahwa pelayanannya jauh lebih ramah kepada seorang cewek bule dan ternyata tur-nya masih mempunyai banyak kursi kosong!
"Saya langsung merepet panjang menceritakan bahwa si ibu di dalam bilang tidak ada tur hari ini bla bla bla... sampai akhirnya saya baru sadar bahwa saya terkena diskriminasi rasial! Suatu kata yang selama ini saya bayangkan hanya terjadi pada orang kulit putih yang merasa superior terhadap kulit hitam pada masa perbudakan."
Lewat cerita yang berjudul Sok Beranalisa: Pulau Indah Terjajah, aku baru menyadari bahwa negara Indonesia telah menyia-nyiakan banyak keindahan alamnya. Saat Trinity bertanya kepada seorang teman di Italia apakah ia pernah ke Indonesia, orang Italia itu menjawab ia tinggal di Cubadak selama 2 minggu. Selain tidak pernah mendengar nama Cubadak, orang Italia itu bahkan tidak pernah ke Bali atau Jakarta yang tergolong populer. Hal tersebut mendorong Trinity untuk pergi ke Pulau Cubadak yang ada di Sumatra Barat. Dan setibanya di resor, sama sekali tidak terlihat orang Indonesia - yang ada adalah orang Italia. Ternyata pulau dengan resor tersebut dikelola orang asing; dan tidak hanya Pulau Cubadak saja, banyak pulau-pulau Indonesia lain yang sayangnya sudah dimiliki atau dikelola oleh orang asing.
"Saya benar-benar tidak merasa berada di Indonesia karena semua orang berbahasa Italia. Pulaunya benar-benar tenang, hanya ada 12 bungalo menghadap pantai dan di belakangnya hutan. Pasirnya putih, airnya yang berwarna emerald green sama sekali tidak berombak. Pokoknya tak terasa ada di pantai karena seperti berada di danau besar yang dikelilingi oleh pegunungan yang berawan. Keren abis!"
Baca kisah-kisah lainnya di The Naked Traveler.
image source: here. edited by me.
Sebenarnya sudah cukup lama aku mempunyai buku The Naked Traveler (bahkan dari buku pertama sampai buku ketiga), akan tetapi selama ini aku belum terdorong untuk membacanya. Hingga saat Secret Santa-ku menghadiahkan buku The Naked Traveler 4 untuk kubaca, aku mau tidak mau harus membaca buku tersebut. Tentu saja aku memutuskan untuk membaca dari buku yang pertama - agar setidaknya aku mengerti asal mula buku The Naked Traveler ini. Dannnn, meskipun aku bukan tipe orang yang hobi traveling maupun jalan-jalan, buku ini sangat mudah kunikmati karena penuh dengan banyak hal menyenangkan.

Dengan membaca buku ini, selain memperoleh banyak pengetahuan tentang apa saja yang harus diperhatikan saat kita traveling, aku mendapati begitu banyak nama tempat yang belum pernah aku dengar sebelumnya. Dan juga, dengan membaca kisah-kisah perjalanan Trinity, aku juga seolah mengalami hal-hal yang menyenangkan - bahkan juga yang kurang mengenakkan - yang dialaminya. Selama ini aku hanya pernah melakukan perjalanan bersama keluarga - dan itu pun kebanyakan mengikuti tur sehingga seperti apa yang dikatakan Trinity: naik bis, turun ke tempat wisata turis, foto-foto bersama, naik bis lagi, dan seterusnya. Setelah membaca buku ini, sedikit banyak aku pun merasa iri dengan pengalaman yang diperoleh Trinity dengan jalan-jalan (aku rasa banyak dari kita juga merasa demikian); dan juga iri dengan apa saja yang telah dilihatnya di berbagai bagian dunia.

Jujur saja, ada banyak kisah yang mau aku tuliskan ceritanya dalam ringkasan di atas - tetapi aku khawatir tulisan ini akan jadi terlalu panjang dan menghilangkan keinginan kalian untuk membacanya sendiri. Banyak sekali hal-hal baru yang lucu aku dapati dari buku ini, seperti di Puerto Rico, pohon pisang pun dijadikan objek wisata; saat Trinity masuk angin dan dikeroki, seorang warga lokal bertanya apakah ia dipukuli oleh pasangannya; tidak jarang juga ia harus menghadapi kesulitan berkomunikasi dengan warga lokal. Ada pula kisah yang membuat kita merasa bahwa Tuhan itu adil; karena meskipun terkadang kita iri dengan negara maju yang lain (bahkan iri dengan empat musimnya), Trinity membuatku sadar bahwa negara-negara tersebut mempunyai kesulitannya sendiri. Hal lucu terakhir yang ingin aku bagikan adalah, lucunya orang Filipina yang diceritakan dalam Ups!: Pilipina, Filipina atau Pilifina?. Suatu hal baru bagiku mengetahui bahwa orang Filipina tidak bisa membedakan p, f, dan v. Hal ini sungguh membuatku ingin pergi ke Filipina untuk membuktikannya sendiri xD.
"Who's the owner of that cottage?"
"A Javanese man."
"Javanese? From Indonesia?" dengan berbinar-binar teman saya bertanya.
"No. Javanese."
Saya pun menginjak kaki teman saya dan berbisik, "Maksudnya Japanese, tau!"
Secara keseluruhan, aku sangat sangat menyukai dan menikmati buku ini! Buku ini memberikan full package dari tempat-tempat wisata traveling yang unik, tips perjalanan, pengetahuan tentang berbagai macam negara, dan semuanya disuguhkan dengan penulisan yang mengalir sekaligus kocak. Bahkan untuk aku yang notabene tidak begitu hobi jalan-jalan maupun traveling, buku ini tetap berhasil mendapatkan rating 5 dariku. Thanks Trinity for the wonderful reading jouney :))) Continuing to the second book! 
  
by.stefaniesugia♥ .

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...