.
BOOK review
Rating: 5/5
Started on: 21 December 2021
Finished on: 21 December 2021
Finished on: 21 December 2021
Title: Sketsa Mendung
Author: Raditya Dika
Publisher: GagasMedia
Publisher: GagasMedia
Pages: 232 pages
Year of Publication: 2021
Price: Rp 88,000
Year of Publication: 2021
Price: Rp 88,000
Rating: 5/5
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
"Saya ingin menangkap bahwa di tengah pandemi, banyak yang merasa sendirian. Mereka terperangkap di sebuah tempat, entah itu rumah atau pekerjaan, sementara awan gelap seolah tiada akhir. Padahal, selalu ada harapan: langit kembali cerah setelah mendung dan hujan."
Sketsa Mendung adalah adaptasi visual dari beberapa cerita pendek yang ditulis oleh Raditya Dika—dari teks cerita pendek dinarasikan melalui cerita bergambar yang lebih intens. Ada cerita pendek yang bernuansa sendu, ada yang ditulis dengan gaya komedi, bahkan ada cerita yang bertema horor. Buku ini juga dilengkapi dengan cerita tentang proses kreatif Raditya Dika saat ia menulis cerita-cerita pendek ini di masa pandemi.
"Ada dilema antara menunggu atau berhenti berharap, antara maju kembali atau diam di tempat."
Sudah bertahun-tahun aku mengikuti karya yang ditulis oleh Raditya Dika dan membaca hampir semua buku yang ia terbitkan. Oleh karena itu, saat aku mengetahui bahwa ia akan merilis buku baru, aku langsung memesan pre-order nya tanpa pikir panjang dan tanpa tahu dengan jelas tentang isi bukunya. Setelah bukunya mendarat di tanganku, baru aku menyadari bahwa ternyata buku ini ternyata adalah adaptasi visual berbentuk komik dari cerita pendek yang ditulis oleh Raditya Dika. Sketsa Mendung ini terdiri dari 5 cerita pendek, dan masing-masing diakhiri dengan kisah di balik proses kreatif Raditya Dika selama menulis cerita-cerita tersebut. Kumpulan cerpen ini juga jadi lebih spesial karena ditulis selama masa pandemi dan terinspirasi dari beberapa permasalahan yang timbul karena adanya pandemi.
"Orang bisa menunjukkan empatinya, tapi tidak ada yang tahu rasanya...Sesuatu yang aku tidak siap untuk rasakan. Bagaimana orang bisa merasa paham?"
Dari 5 cerita pendek yang ada di dalam buku ini, aku punya 2 favorit: yang pertama berjudul Gendong, dan yang kedua berjudul Cium. Seperti yang diceritakan oleh Raditya Dika, penggalan kisah Gendong terinspirasi dari kehidupan nyata beberapa orang yang mempunyai mimpi untuk membangun usaha di tahun 2020, namun gagal total karena pandemi. Ada juga teman lain yang sudah meminjam banyak uang untuk modal usaha, tapi mengalami kegagalan yang sama karena pandemi. Ia menulis bahwa pandemi memiliki kekuatan untuk mengubah nasib seseorang—hal yang penulis berusaha gambarkan melalui cerita ini. Bagiku, cerita ini yang paling menggugah emosi dan juga membuatku terenyuh. Meskipun karakternya tidak bernama, tapi aku bisa bersimpati dengan perasaan sang suami dan juga sang istri. Ending ceritanya sangat tidak terduga; membuatku salut pada Raditya Dika yang bisa menyajikan plot twist meski dengan cerita sesingkat ini.
Kisah yang berjudul Cium mengusung tema horor—meski awalnya terasa ringan karena menceritakan tentang sepasang kekasih yang sedang saling berbagi cerita seram. Hal yang membuat cerita ini berkesan untukku lagi-lagi adalah ending yang mencekam dan mengejutkan. Aku juga merasa ilustrasinya menggambarkan ekspresi wajah karakternya dengan sangat baik sehingga pembaca akan dapat menyimpulkan apa yang sesungguhnya terjadi. Walaupun ceritanya pendek, penulis berhasil memberikan latar belakang karakter utamanya yang menjadi alasan di balik keputusan yang ia ambil. Aku tidak bisa menceritakan terlalu banyak untuk menghindari spoiler, tapi yang jelas dua cerita ini sangat berkesan untukku ๐.
"Kehilangan seseorang dan cara mengatasinya adalah sebuah hal yang saya selalu senang untuk telusuri. Karena kadang orang jatuh cinta, tapi tidak siap kehilangan. Padahal, kedua hal tersebut seharusnya menjadi satu paket yang tidak terpisahkan."
Tiga cerita yang lain pun sebenarnya tidak kalah menarik, karena Raditya Dika menyuguhkan sesuatu yang berbeda dibandingkan dengan apa yang biasanya aku baca. Secara keseluruhan, aku sangat menikmati buku ini—meski sangat disayangkan karena hanya ada 5 cerita di dalamnya dan dapat selesai dibaca dalam waktu yang sangat singkat. Selama ini aku selalu menikmati tulisan-tulisan Raditya Dika yang mengisahkan kehidupannya dengan cara yang menarik untuk dibaca. Setelah membaca buku ini, aku jadi berharap ke depannya Raditya akan lebih sering menerbitkan buku-buku fiksi yang menyajikan kisah-kisah unik seperti yang ada dalam kumpulan cerpen ini ๐.
No comments:
Post a Comment