photo wishlist_zps2544b6d7.png

Wednesday, April 17, 2013

Book Review: Pintu Harmonika by Clara Ng & Icha Rahmanti

.

BOOK review
Started on: 10.April.2013
Finished on: 12.April.2013


Judul Buku : Pintu Harmonika
Penulis : Clara Ng & Icha Rahmanti
Penerbit : PlotPoint
Tebal : 307 Halaman
Tahun Terbit: 2013
Harga: Rp 45,900 (http://www.pengenbuku.net/)

Rating: 5/5
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
"Adakah Surga di Bumi?
Buat gue ada. Letaknya nggak jauh di belakang ruko bokap gue. Surga gue hanya sepetak tanah kosong yang sudah ditumbuhi aneka rumput, semak-semak, lumut, dan ilalang, yang nggak pernah sepi dari suara jangkrik dan reruntuhan tembok bau pesing bergrafiti norak.
Herannya setiap berada di situ, gue merasa bebas dan damai. Bukan cuma gue, tapi demikianlah arti tanah kosong buat teman-teman yang kemudian menjadi seperti adik-adik gue sendiri, Juni dan David."
Buku ini berisi tiga jurnal dan catatan harian yang ditulis oleh tiga orang: Rizal Zaigham Harahap, Juni Shahnaz, dan David Christian Hadijaja a.k.a David Edogawa. Ketiganya tinggal di sebuah kompleks Ruko Gardenia Crescent, dan mereka dipersatukan oleh surga yang adalah sebuah tanah kosong di belakang ruko mereka. Kisah ini bermula dengan terpasangnya sebuah papan besar, tanda bahwa itu adalah akhir dari surga mereka di kompleks itu.

Jurnal pertama ditulis oleh Rizal, seorang yang sangat eksis di dunia maya. Ia mempunyai hobi menulis blog dan bahkan mempunyai sekelompok fans yang bernama Rizal's Angels. Di dunia maya, Rizal menceritakan dirinya sebagai seorang yang ganteng, kaya, bertubuh bagus, dan sering jalan-jalan ke luar negeri. Meski pada kenyataannya, ia hanyalah seorang remaja biasa, anak dari pemilik toko kelontong, dan tubuhnya yang bagus ia dapat dari hasil mengangkat galon air minum dan tabung gas. Rizal hanya tinggal bersama Ayahnya sejak Ibunya meninggal secara mendadak. Kesedihan saat Ibunya meninggal membawa Rizal ke tanah kosong di belakang ruko - tempat ia akhirnya berjumpa dengan David dan Juni, yang menjadi seperti adik-adiknya. Tanah kosong yang telah menjadi surga bagi Rizal.
"Sebetulnya ada alasan kenapa gue nggak mau sekolah. Sejujurnya, gue takut. Gue beneran mau dekat Bokap. Gue nggak mau kecolongan lagi. Waktu Ibu sakit - yang katanya demam berdarah - Ibu ngotot menolak dirawat di RS. Buang-buang uang, katanya... Bokap mungkin memang cuma terserang flu. Memang lagi musim juga. Namun, sepenuh hati, gue trauma pergi ke sekolah pada saat seperti ini. Tidak saat Bokap sedang sakit. Dan ya, walaupun sakitnya cuma flu."
Tulisan Rizal berisi tentang usahanya untuk menyelamatkan surga mereka yang akan dijual tersebut. Bersama dengan Juni, keduanya melakukan misi penyerangan untuk menyelamatkan surga. Akan tetapi tidak hanya itu isi jurnal Rizal. Ia juga menulis kehidupan remajanya yang tentu saja tidak luput dari berbagai gejolak perasaan - salah satunya adalah saat ia bertemu dengan Cynthia. Di sekolah, Rizal  sangat populer karena citranya di dunia maya. Bahkan Rizal berhasil membuat cewek-cewek di sekolah belingsatan dengan keberadaannya. Tetapi tidak dengan Cynthia, yang selalu cuek dan jutek. Suatu kali, Rizal dipanggil guru karena nilai ulangannya. Demi membantu mendongkrak nilai, Rizal diminta untuk membantu grup dance Cynthia mencari dana sebesar sepuluh juta dalam empat hari. Meskipun Rizal membantu dengan segala kepopulerannya di dunia maya, Cynthia tidak mengetahui bahwa kehidupan Rizal yang nyata jauh berbeda dari pencitraannya. Rizal menjadi malu dengan dirinya yang sebenarnya, bahkan merasa malu mengakui Ayahnya yang hanyalah seorang pemilik toko kelontong.
"Saat gue menulis ini pun, rasa bersalah itu masih merajalela di dalam hati gue. Membuat gue merasa seperti sampah. Tahi. The lowest of the low."
"Andaikan ya, semua permasalahan itu bisa diselesaikan semudah mencopot batere hape BB. Gue betul-betul nggak mengerti kenapa semua permasalahan di hidup gue mendadak tumplek, kusut, rumit pada saat yang bersamaan."
Catatan kedua ditulis oleh Juni saat ia sedang menjadi seorang tahanan rumah. Semuanya karena Juni mendorong adik kelasnya yang ia anggap kecentilan dan membuatnya diskors. Seorang murid berprestasi seperti Juni memang tidak seharusnya diskors. Semua perbuatannya mem-bully adik kelas disebabkan karena masa lalunya. Ia juga adalah salah satu korban penindasan di sekolah. Akan tetapi, perbuatannya kali ini tidak hanya berpengaruh kepada adik kelasnya. Manda - adik kelas yang ia dorong - ternyata adalah anak dari salah satu klien penting Ayahnya. Terlebih lagi, kondisi bisnis keluarganya sedang dalam keadaan yang buruk. Kejadian tersebut membuat hubungan Juni dengan Ayahnya semakin renggang, belum lagi ia harus menjalankan misi untuk menyelamatkan surganya.

Yang terakhir adalah catatan David, yang lebih suka menyebut dirinya sebagai David Edogawa karena kecintaannya terhadap Detektif Conan. Ia adalah seorang anak dengan rasa keingintahuan yang tinggi, membuatnya senang sekali menyelidiki banyak hal. Dimulai dari asal-usul surga tanah kosong mereka, kucing tetangga yang hilang, dan juga misteri tentang Mamanya yang berubah menjadi aneh. Belakangan Mamanya sering melamun, kelihatan pucat, kurang tidur, dan juga badannya mengurus. Oleh karena itulah, David berniat untuk menyelidiki alasan di balik misteri tentang Mamanya. Banyak hal aneh terjadi kepada David, dan jawaban dari misteri yang ingin diketahuinya adalah sesuatu yang tidak pernah ia duga sebelumnya.
"Aku heran, kenapa ya, semakin besar rasanya hidupku bertambah rumit. Aku kangen kesimpelan hidupku di masa SD dulu. Aku tinggal sekolah yang benar, bisa main dan baca buku sampai puas. Hidupku baik-baik saja. Tapi sekarang-"
Baca kisah selengkapnya di Pintu Harmonika.
image source: here. edited by me.
Sudah cukup lama aku tidak membaca sebuah buku yang bercerita tentang remaja, dan aku sangat senang karena Pintu Harmonika menyuguhkan kisah remaja yang tidak biasa. Kebanyakan buku teenlit saat ini lebih sering membahas tentang percintaan. Dan meskipun buku ini pun tidak lepas dari adanya kisah cinta remaja yang unyu, kehidupan remaja yang tidak lepas dari pertemanan dan keluarga juga dibahas di dalamnya. Clara Ng dan Icha Rahmanti adalah dua penulis yang aku sukai, dan mereka telah berhasil menyuguhkan sebuah cerita remaja yang hangat.

Buku ini ditulis dalam bentuk jurnal atau catatan harian, yang tentunya membuat jalannya cerita terkadang maju-mundur. Akan tetapi aku sangat senang karena setiap karakter diperkenalkan dengan baik, begitu juga dengan latar kehidupan dan keluarga mereka masing-masing. Gaya penulisan jurnal/catatan hariannya pun disesuaikan dengan personality setiap karakternya. Dimulai dari Rizal yang kocak dan menyenangkan, Juni yang mengalami dilema, dan juga David yang mencintai misteri. Permasalahan dalam ceritanya satu-persatu muncul secara alami dan tidak terkesan dipaksakan. Konflik yang paling banyak disorot dalam buku ini adalah tentang keluarga, dan juga beberapa konflik pendukung lainnya. Keseluruhan ceritanya terasa hangat dan menyenangkan, bahkan juga mengharukan. Dan saat tiba di bagian ending, semua potongan-potongan ceritanya dibungkus dengan baik sekali (tidak akan kuceritakan ending-nya tentu saja, supaya tidak spoiler).

Ada sejumlah karakter yang berperan dalam cerita ini, dimulai dari tiga yang paling utama: Rizal, Juni, David - kemudian orangtua mereka (Ayah Rizal, Ayah Juni, dan Mama David). Semuanya mempunyai peran mereka sendiri-sendiri. Dan meskipun porsi mereka tidak terlalu banyak, personality karakter-karakter pendukung tersebut juga terlihat. Karakter favoritku dalam buku ini adalah Rizal. Selain karena pembawaannya yang menyenangkan (yang selalu berhasil membuatku senyum-senyum sendiri dengan kenarsisannya), aku sangat menyukai hubungannya dengan Juni dan David. Dari awal hingga akhir cerita, aku senang dengan perkembangan karakter Rizal yang berubah menjadi seorang yang #anti #pencitraan :)) Momen favoritku adalah saat Rizal memperbaiki hubungan dengan Ayahnya (no more spoiler).
"Saat itu respek dan sayangku sama Master mulai tumbuh. Dia bagaikan kakak laki-laki yang nggak pernah kupunyai. Aku merasa beruntung banget."
Secara keseluruhan, aku sangat menyukai buku ini. Ending-nya unexpected, ceritanya ceria, menyenangkan, hangat, dan mengharukan. Banyak juga hal yang dapat dipelajari di dalamnya, dan adalah sebuah kisah yang cocok untuk para remaja. Aku sangat penasaran dengan film adaptasi untuk buku Pintu Harmonika ini. Tentu saja aku berharap para aktor dan aktrisnya akan memerankan karakter mereka dengan baik. Semoga jika tidak ada halangan aku bisa menontonnya :) Berikut adalah trailer-nya bagi yang belum lihat ^^

by.stefaniesugia♥ .

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...