photo wishlist_zps2544b6d7.png

Tuesday, August 6, 2013

Book Review: London: Angel by Windry Ramadhina

.
BOOK review
Started on: 1.August.2013
Finished on: 3.August.2013

Judul Buku : London: Angel
Penulis :Windry Ramadhina
Penerbit : GagasMedia
Tebal : 330 Halaman
Tahun Terbit: 2013
Harga: Rp 44,200 (http://www.pengenbuku.net/)

Rating: 4/5
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
"Ah, aku gemas kepada diriku sendiri. Sebagai seorang penulis, terlebih aku adalah seorang penulis roman, seharusnya aku tahu hal utopis semacam 'mengejar gadis ke London atas nama cinta' hanya berjalan lancar dalam kisah-kisah fiksi."
Gilang sudah bersahabat dengan Ning selama belasan tahun, dan selama bertahun-tahun pula ia sudah menyimpan perasaan khusus dalam hatinya untuk gadis itu. Gilang menyesali keputusannya yang telah membiarkan Ning mengejar impiannya untuk bekerja di London. Dan kemudian, diawali oleh wiski yang Gilang minum bersama teman-temannya, ia pun bertekad untuk mengejar gadis impiannya. Ia pun merencanakan perjalanan ke London untuk menyatakan cinta kepada Ning.

Akan tetapi perjalanannya tidak berjalan mulus ketika di hari pertama Gilang pergi mendatangi tempat tinggal Ning. Berkat informasi dari tetangganya, ia mengetahui bahwa Ning sudah beberapa hari tidak pulang. Dan fakta itu amat mengecewakan bagi Gilang, terlebih karena ia tidak punya banyak waktu di London - hanya lima hari. Karena tidak dapat bertemu dengan Ning, Gilang memutuskan untuk melihat ke London Eye - kincir raksasa menyuguhkan pemandangan London. Malam itu hujan turun, dan secara tiba-tiba seorang gadis berambut cokelat muda keemasan dengan payung merah muncul di dekat Gilang. Gadis yang disebutnya sebagai Goldilocks itu amat mempesona, bahkan berhasil membuat Gilang naik ke atas London Eye yang ditakutinya. Namun saat hujan berhenti, gadis itu menghilang tanpa jejak - hanya meninggalkan payung merahnya untuk Gilang.
"Entah siapa gadis itu sebenarnya dan mengapa kami terus-menerus bertemu tanpa sengaja, tetapi aku tidak bisa memungkiri bahwa dia luar biasa memikat. Masih ingat apa yang kukatakan tentang malaikat? Indah dan terlalu sempurna untuk menjadi manusia. Seperti itulah gadis di hadapanku ini."
Selama di London, Gilang tinggal di penginapan Madge. Di sana ia mengenal banyak orang; Madam Ellis, sang pemilik penginapan yang galak; Mister Lowesley, pemilik toko buku di seberang penginapan dan setiap hari datang ke Madge; Ed, pekerja penginapan yang ramah; dan Ayu, gadis asal Indonesia yang terobsesi dengan pencarian buku Wuthering Heights cetakan pertama. Sembari menunggu kembalinya Ning, Gilang menjadi lebih dekat dengan orang-orang itu. Dan anehnya, ia pun terus-menerus bertemu dengan Goldilocks dan selalu berpisah dengan cara yang aneh.

Ketika akhirnya Gilang bertemu dengan Ning, menyatakan perasaan ternyata tidak semudah yang ia bayangkan. Ning mengajaknya berkeliling London - yang dianggap Gilang sebagai kencan. Akan tetapi Gilang dibuat ragu oleh pesan sahabatnya, yang mengatakan: jika tampaknya Ning tidak mempunyai perasaan yang sama, jangan menyatakan perasaan; karena itu hanya akan menghancurkan persahabatan Gilang dan Ning selama belasan tahun. Keraguan Gilang diperparah dengan kehadiran sosok Finn, seorang seniman yang amat dikagumi oleh Ning.
"Aku masih ingat senyum yang menghiasi wajahnya, begitu pula tatapannya. Itu senyum dan tatapan yang mewakili rasa percaya bahwa dia - dan siapa pun termasuk aku - sanggup menaklukkan dunia. Itu senyum dan tatapan yang selama bertahun-tahun menjadi cahaya bagiku, matahari, sumber energi yang tidak akan habis."
Selama lima hari di London, Gilang melihat banyak keajaiban cinta terjadi pada orang-orang di sekelilingnya. Tetapi apakah ia sendiri akan mendapatkan keajaiban cintanya sendiri di London? Akankah cintanya selama bertahun-tahun kepada sahabat terbaiknya akan tersambut? Malaikat berkata bahwa setiap orang memiliki keajaiban cinta mereka masing-masing, namun selalu ada waktu yang tepat untuk keajaiban itu.

image source: here. edited by me.
Jujur saja aku sangat bingung ketika menuliskan ringkasan cerita di atas, karena alur ceritanya yang agak sulit disampaikan tanpa menyebarkan spoiler. Aku sudah pernah membaca 3 karya Windry Ramadhina yang sebelumnya, yaitu: Orange, Memori, dan Montase; dan selama ini aku selalu menikmati gaya penulisannya yang sangat mengalir. Dalam buku berjudul London ini, tema besarnya adalah persahabatan yang berubah jadi cinta. Tetapi sebenarnya buku ini tidak sesederhana itu. Sepanjang membaca, banyak hal yang tidak tertebak sehingga membuatku penasaran akan akhir ceritanya. Tentu saja itu membuatku tidak ingin berhenti membacanya.

Buku ini dituliskan dari sudut pandang orang pertama, yaitu Gilang - pemeran utama cerita ini. Pada bagian awal kedatangan Gilang ke London, awalnya aku pikir ia akan langsung bertemu dengan Ning dan akan ada banyak interaksi dengan gadis itu. Namun ternyata Ning malah tidak ada di tempat, dan Gilang malah bertemu dengan Goldilocks (yang awalnya aku pikir akan menyita hati Gilang secara tiba-tiba). Hilangnya Goldilocks secara tiba-tiba juga membuatku sedikit terkejut (meski aku sudah menebak-nebak kemana arah ceritanya, mengingat sang penulis menyinggung sesuatu berbau fantasi dalam kisah ini). Ceritanya kemudian juga turut membahas seorang lelaki yang disebut V (yang dikenal Gilang dalam pesawat), dan kisah cinta lelaki itu dengan istrinya. Madam Ellis dan Mister Lowesley yang sering ditemui Gilang pun mendapat porsi kisah cinta mereka sendiri. Dan ketika hampir sampai separuh dari buku ini, Ning baru muncul. Sewaktu interaksi antara Gilang dan Ning muncul, aku selalu penasaran apakah Ning akan menerima cinta Gilang atau tidak - dan aku rasa itulah yang membuatku bertahan untuk membaca terus-menerus. Saat membaca dari awal hingga pertengahan, terkadang aku merasakan kebingungan karena rasanya ada banyak hal tercampur aduk menjadi satu. Untungnya saat mencapai bagian ending, aku melihat potongan-potongan cerita itu membentuk suatu kesatuan yang utuh dan saling melengkapi (no spoiler). Epilognya pun menyuguhkan solusi yang sangat tidak terduga untukku, sebuah kejutan yang terasa manis sebagai penutup.

Ada cukup banyak karakter yang disorot dalam cerita ini; pertama tentu saja Gilang, Madam Ellis, Mister Lowesley, Goldilocks, dan Ning. Meskipun ada banyak karakter, aku rasa emosi dalam setiap love-line tersampaikan dengan baik. Pembaca akan mendapat banyak flashback memori Gilang tentang persahabatannya dengan Ning - sehingga kita juga bisa mengetahui betapa besar rasa cinta Gilang kepada gadisnya. Meskipun Madam Ellis dan Mister Lowesley hanyalah kisah sampingan, aku merasa cerita tentang mereka-lah yang paling berkesan. Aku tidak mau membahas terlalu banyak juga, takut spoiler. Karena waktu membaca, aku sendiri tidak menyangka akan ada kisah tentang mereka di dalamnya. Aku pikir mereka hanya karakter pendukung biasa saja, tapi ternyata sama sekali tidak ada karakter sia-sia dalam buku ini :)) Lewat karakternya aku juga belajar bahwa terkadang saat kita mencintai seseorang, kita harus rela orang itu memilih yang terbaik untuk dirinya sendiri.

Overall, aku sangat menikmati perjalanan cinta Gilang ke London ini. Berkat penulisan Windry Ramadhina yang manis dan sendu, seperti hujan, membuat emosi cinta yang manis menguar lewat ceritanya. Bagian favoritku adalah ending yang membungkus keseluruhan kisahnya menjadi satu kesatuan. Mungkin mulai sekarang setiap melihat hujan aku akan terpikir akan buku ini beserta dengan keajaiban cinta ;)
by.stefaniesugia♥ .

1 comment:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...