Wednesday, April 3, 2024

Book Review: Teruslah Bodoh Jangan Pintar by Tere Liye

.
BOOK review
Started on: 8 March 2024
Finished on: 18 March 2024
 
 
Title: Teruslah Bodoh Jangan Pintar
Author: Tere Liye
Publisher: Sabak Grip
Pages: 371 pages
Year of Publication: 2024
Price: Rp 89,100 (https://www.gramedia.com/)

Rating: 4/5
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
"Mereka tahu sekali risikonya. Harga atas sebuah perlawanan." 
Selama puluhan tahun, PT Semesta Minerals & Mining sudah mengembangkan usahanya di dunia pertambangan secara luar biasa. Akan tetapi dampak dari tambang-tambang tersebut telah merugikan banyak orang—bahkan hingga merenggut nyawa. Hingga akhirnya, sekelompok aktivis berkumpul dengan tujuan menggagalkan izin konsensi proyek raksasa PT Semesta Menirals & Mining melalui sidang dengar pendapat yang dilakukan secara tertutup. Para aktivis berusaha keras mengumpulkan saksi yang hidupnya terdampak langsung oleh perusahaan tambang itu. Namun, mereka harus berhadapan dengan Hotma Cornelius, seorang pengacara handal yang merupakan spesialis pembela kejahatan. Meski perjuangan mereka penuh dengan rintangan, kelompok aktivis ini tidak menyerah dan mengerahkan segala kemampuan mereka untuk melakukan perlawanan.
 
"Kelak, jika aku mati, dan ditanya apa kontribusiku melawan kezaliman di sekitarku, sekarang aku bisa menjawabnya lebih baik, bahwa aku juga ikut berdiri bersama pejuang lain."
Setelah mengalami reading slump sejak akhir tahun lalu, aku sangat senang ketika mendapati bahwa Tere Liye baru saja menerbitkan buku baru—karena aku yakin bisa menikmati gaya penulisannya yang sudah sangat familier untukku. Judul buku ini juga sangat memancing rasa penasaran dan membuatku tidak sabar untuk segera membacanya. Meskipun sinopsisnya tidak memberikan banyak gambaran tentang isi ceritanya, beberapa review yang aku baca menyebutkan bahwa kisah ini mengusung tema politik serta kekuasaan yang dimiliki oleh orang-orang berduit. Sedari awal hingga akhir, aku ikut tegang menyaksikan sidang dengar pendapat yang mereka jalani sambil berharap bahwa keadilan akan dapat ditegakkan.
"Reputasinya terbentuk. Menakutkan—bagi lawan-lawannya...
Hotma Cornelius adalah spesialis pembela kejahatan."
"Saat dia dan tangan kanan Tuan Liem terkekeh merancang masa depan yang megah, di luar sana jeritan, teriakan, tangis terdengar susul-menyusul. Asap hitam mengepul. Darah membasahi jalanan.
Tidak ada yang tahu. Pun tidak ada yang peduli."
Di halaman pertama, pembaca langsung diajak masuk ke ruangan 3x6 meter di mana sejumlah orang berkumpul untuk sebuah sidang tertutup. Ditulis dari sudut pandang orang ketiga, buku ini diceritakan dengan alur maju mundur seiring dengan kesaksian yang diberikan dalam ruangan tersebut. Setiap saksi yang menceritakan hidupnya membawa pembaca ke masa lalu ketika kemalangan hadir dalam hidup mereka. Awalnya aku kira kisah ini akan terfokus pada satu karakter tertentu seperti kebanyakan karya Tere Liye yang lain, namun ternyata setiap karakter yang muncul diperkenalkan satu per satu seiring dengan berjalannya cerita. Ada cukup banyak karakter yang terlibat dalam buku ini, dimulai dari sekelompok aktivis yang menggugat PT Semesta Minerals & Mining, Hotma Cornelius selaku pengacara pihak tergugat, serta beberapa orang saksi yang hidupnya terdampak oleh kehadiran tambang di tempat tinggal mereka. Meskipun penulis menceritakan latar belakang setiap karakter dengan baik, aku merasa kurang terkoneksi dengan mereka walaupun bisa bersimpati dengan apa yang mereka alami. Menurutku, para saksi yang dikumpulkan oleh aktivis lingkungan memiliki latar belakang yang paling menarik. Sayangnya, mereka tidak muncul lagi setelah selesai memberi kesaksian dalam ruang sidang. Karakter yang terus ada dari awal hingga akhir seperti para aktivis dan Hotma Cornelius malah tidak begitu berkesan untukku. Meski demikian, alur ceritanya cukup menarik untuk diikuti sehingga aku tidak bisa berhenti membaca dan terus membalik halaman demi halaman hingga akhir.

Seperti yang sudah aku sebutkan sebelumnya, buku ini mengangkat tema politik serta kekuasaan yang dimiliki oleh orang-orang berduit. Sekelompok aktivis yang hendak menyelamatkan lingkungan dan rakyat hanya punya kemampuan yang terbatas. Walaupun tidak dijelaskan dalam buku ini, pihak tergugat rasanya seperti cenayang yang bisa membaca setiap strategi lawan dan mempersiapkan amunisi untuk menangkis serangan tersebut. Salah satu yang terjadi berulang kali dalam buku ini adalah adanya orang-orang yang dengan mudah dibeli dengan uang, posisi, maupun kekuasaan. Akan tetapi, di sisi sebaliknya ada pula orang-orang yang rela berkorban demi memperjuangkan keadilan—meskipun harus dibayar dengan nyawa mereka sendiri. Sejujurnya, aku terkejut dengan ending yang dipilih oleh penulis karena bagiku itu bukanlah akhir yang memuaskan. Ketika membaca sebuah karya fiksi, tentu saja aku berharap bahwa kebenaran akan terungkap dan keadilan berhasil ditegakkan—karena biasanya karya fiksi mampu membawa pembaca kabur sesaat dari dunia nyata. Pada akhirnya, penulis memilih ending yang realistis karena pada kenyataannya uang, posisi, dan kekuasaan seringkali bisa mewujudkan apapun yang diinginkan oleh seseorang.

"Dia tahu persis, semua anggota komite telah dibeli. Dia tahu persis, Menteri Bacok memiliki saham di proyek itu. Dia tahu persis, oligarki mengangkangi seluruh negeri. Memanfaatkan militer, pejabat-pejabat rakus. Tapi dia tidak bisa melawan sendirian, memperbaikinya seperti pesan ibunya dulu. Semua sudah rusak begitu dalam.
Maka biarlah dia menuntaskannya. Dengan cara lain."
Secara keseluruhan, meskipun ada beberapa faktor dari buku ini yang kurang memuaskan untukku, gaya penulisan Tere Liye memang tidak pernah mengecewakan dan selalu mudah untuk dibaca. Sewaktu membaca kisah ini, aku ikut berpikir dan merenungkan dampak berbagai macam usaha terhadap lingkungan dan masyarakat yang tinggal di daerah tersebut. Membaca melalui cerita seperti ini saja sudah menyayat hati, apalagi jika membayangkan bahwa ada orang-orang yang benar-benar mengalami hal tersebut secara nyata 😭. Walaupun buku ini bukanlah karya Tere Liye favoritku, kisahnya cukup meninggalkan kesan dan membuatku mengharapkan pemerintahan dan negara yang lebih baik di masa depan 🤍.

by.stefaniesugia♥ .
 

No comments:

Post a Comment